Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gus Sholah Perintis Harmonisasi Kekuatan NU-Muhammadiyah

Gus Sholah tengah meretas jalan yang lebih kokoh lagi untuk menciptakan relasi yang lebih harmonis antara NU dan Muhammadiyah

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Gus Sholah Perintis Harmonisasi Kekuatan NU-Muhammadiyah
nu.or.id
KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepergian KH Dr. (H.C.) Ir. H. Salahuddin Wahid yang akrab dipanggil Gus Sholah membuat kehilangan bangsa Indonesia, terlebih warga nahdlhiyin.

Gus Sholah merupakan tokoh pemersatu umat.

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), PWNU Jawa Barat, Asep Salahudin menilai, adik kandung mantan Presiden RI Gus Dur itu memiliki komitmen yang sama kuatnya dengan sang kakak, yaitu menarik persoalan kebangsaan dan kesilaman dalam satu helaan nafas.

"Gus Sholah tengah meretas jalan yang lebih kokoh lagi untuk menciptakan relasi yang lebih harmonis antara NU dan Muhammadiyah, dua ormas yang menampilkan wajah Islam moderat. NU dengan Islam Nusantaranya, Muhammadiyah dengan Islam berkemajuannya. Seandainya spiritnya digabung menjadi Islam Nusantara berkemajuan atau Islam berkemajuan yang berjangkar pada dinamika akar kultural kenusantaraan, tentu akan lebih menarik, akan menjadi antitesa dari paras keislaman monolitik yang kadung diidentikkan dengan kearaban," kata doktor Komunikasi Kebudayaan lulusan Universitas Padjajaran ini saat dimintai pendapatnya mengenai kepergian Gus Sholah oleh Tribunnews.com, Senin (3/2/2020).

Baca: Gus Sholah Tokoh Cinta Damai dan Tidak Mau Ribut-ribut

Menurut Asep yang juga seorang kolomnis ini, Gus Sholah seorang yang Istiqomah dalam memaknai khitah 1926. NU sebagai kekuatan masyarakat sipil tidak semestinya terserap dalam tarikan sesaat pragmatisme politik.

"Gus Sholah mengokohkan kepesantrenan sebagai jantung keislaman yang diharapkan tidak hanya terampil menggumuli khazanah salafiah/tradisionalisme, namun juga responsif dalam menghadapi modernitas tanpa kehilangan jati diri. Memberikan jawaban terhadap sejarah masa depan yang diterangi kearifan masa silam," ujar Wakil Rektor I Insitut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya ini.

Baca: Wamenag RI: Gus Sholah Tokoh NU yang Demokratis dan Terbuka pada Semua Golongan

Gus Sholah selain pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Wiranto pada Pemilihan Presiden 2004, juga tercatat pernah menjadi Wakil Ketua Komisi Hak Asasi Manusia (HAM).

BERITA REKOMENDASI

Hal itu, kata Asep, menunjukkan Gus Sholah melihat bagaimana persoalan HAM memiliki basis argumentasi yang memadai dalam ajaran Islam.

Dengan demikian, sambung Asep, keberpihakan Islam terhadap HAM, ekologi, isu perempuan sudah tidak disangsikan lagi. Nilai nilai universal Alquran dengan menarik membentangkan jalan bagi pemuliaan terhadap kemanusiaan tanpa memandang asal usul agama, etnik, dan politik identitas lainnya.
"Gus Sholah, seperti Gus Dur, melihat tragedi 1965 secara jernih. Disebutnya sebagai tragedi yang sangat tidak berkperikemanusiaan," ujarnya.

Gus Sholah yang lahir di Jombang, 11 September 1942, itu meninggal kemarin, Minggu (2/2/2020) pada usia 77 tahun. Gus Sholah dimakamkan di Jombang, Jawa Timur, Senin ini, (3/2/2020). (Cecep Burdansyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas