Sebelum Wafat, Gus Solah Sampaikan Pandangan soal Peristiwa Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan Gus Solah sempat menyuarakan pandangannya terkait peristiwa pelanggaran HAM berat masa lalu.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komnas HAM menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam atas Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, KH Almarhum Salahuddin Wahid (Gus Solah) pada Minggu (2/2/2020) kemarin di RS Harapan Kita.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan Gus Solah sempat menyuarakan pandangannya terkait peristiwa pelanggaran HAM berat masa lalu.
Gus Solah meminta Komnas HAM untuk tetap obyektif dan mengedepankan kepentingan bangsa dalam penyelesaian peristiwa pelanggaran HAM berat masa lalu.
"Almarhum sampai tahun lalu masih menyuarakan pandangannya tentang peristiwa HAM berat masa lalu ke Komnas HAM. Beliau meminta Komnas HAM untuk tetap obyektif dan mengedepankan kepentingan bangsa," kata Taufan saat dihubungi Tribunnews.com pada Senin (3/2/2020).
Selain itu, Taufan mengatakan, jasa Gus Sholah dalam menjalankan fungsi Komnas HAM cukup besar.
Baca: Sosok Gus Sholah di Mata Wapres Maruf: Orang Baik dalam Mengawal Kerukunan Umat Beragama
Sebagaimana diketahui, Gus Sholah juga pernah menjabat sebagai Komisioner Komnas HAM periode 2002 sampai 2007.
"Komnas HAM merasakan kehilangan atas wafatnya beliau. Jasanya cukup besar di dalam. menjalankan fungsi Komnas HAM," kata Taufan.
Putra Gus Solah, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau akrab disapa Ipang Wahid juga mengungkapkan ayahnya masih sempat menulis untuk surat kabar lewat ponsel meski dalam keadaan sakit.
Ipang mengatakan, ayahnya masih sempat menulis tentang ulang tahun Nahdlatul Ulama sekira seminggu lalu.
"Gus Solah sendiri seminggu lalu masih menulis dan dimuat di Harian Kompas tentang ultah NU dan nulisnya pake handphone pada waktu sakit. Jadi memang pemikiran beliau sangat luar biasa," kata Ipang di rumah duka di kawasan Jakarta Selatan pada Senin (3/2/2020) dini hari.
Ia mengungkapkan ayahnya sudah sakit sejak dua minggu lalu.
Awalnya ayahnya merasa ada ketidaknormalan detak jantung ketika itu.
Kemudian tim dokter dari RS Harapan Kita berhasil melakukan ablasi terhadap ayahnya.
"Itu dilakukan dan sukses tapi kemudian kembali ke rumah kok bermasalah lagi, tapi urusannya lain akhinya menjadi serius ada permasalahan di jantungnya, ada cairan di selaput jantungnya dan dilakukan operasi pada Jumat kemarin. Sayangnya imbas dari operasi itu merembet sampai ke komplikasi ke ginjal dan paru," kata Ipang.