Anggota LSF: Teknologi Digital Bisa Dilawan
Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) RI Sudama Dipawikarta menyebut teknologi digital bisa dilawan.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM - JAKARTA - Lembaga Sensor Film (LSF) serius melawan teknologi digital.
Namun, perlawanan tersebut bukan dengan menjauhi teknologi atau malah gagap dan ketinggalan teknologi.
Melek media justru menjadi perlawanan yang lebih logis.
Hal itu dikatakan M Sudama Dipawikarta, seorang Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) RI, dalam diskusi buku bertajuk :“Sensor Kontemporer; Pandangan pada Perkembangan Sensor Film di Indonesia”, di Perpustakaan Ajip Rosidi, Jalan Garut Nomor 2, Bandung, Sabtu (8/2/2020).
Baca: Update Virus Corona: Melampaui Wabah SARS, Korban Tewas Capai Lebih dari 800 Jiwa
Sudama menulis buku tersebut setelah dirinya terpilih jadi anggota LSF pada 2014 lalu.
Pria kelahiran Ciamis yang fokus dalam memperhatikan film dan kebudayaan ini menyebutkan, dengan melek media diharapkan mampu meneliti serta menganalisa berbagai pengaruh dalam suatu konten.
"Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi pun memiliki banyak manfaat positif. Tentu saja sangat tergantung terhadap cara memanfaatkannya,” ujar alumni pasca sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung ini.
Baca: 6 FAKTA Penembakan di Thailand: Pelaku Rampok Emas Rp 200 Juta hingga Motif Pribadi
Anggota LSF lainnya, Ni Luh Putu Elly P Erawati menyambut baik terbitnya buku karya Sudama yang diterbitkan Penerbit Pustaka Jaya ini.
Menurut Putu, buku tersebut menegaskan bahwa LSF lebih serius dalam menghadapi perkembangan teknologi digital terkait perfilman, terutama yang terkait dengan lokus penayangan.
Selain itu, juga dapat menjawab berbagai permasalahan tentang sensor film.
Diskusi yang dimoderatori wartawan kawakan M Malik itu berlangsung hangat.
Baca: Viral Wanita Dihamili Adik Selebgram, Sempat Berlibur ke Luar Negeri dan Melakukan Hubungan Intim
Menurut Malik, waktu tiga jam terasa singkat, saking menarik dan cukup komunikatif.
Hal itu bisa dilihat dari ruangan diskusi yang dipenuhi audiens.
Para peserta diskusi terdiri dari seniman, budayawan, sastarwan, novelis, birokrat, penggiat film, dan berbagai kalangan masyarakat lainnya.
Tampak hadir Muhti Okayani, Direktur Pengawasan Keamanan, Mutu dan Ekspor Impor Obat dan NAPPZA, Nasrullah, Anggota LSF, Yatun Romdonah Awaliah, dosen Universitas Pendidikan Indonesia yang pernah meneliti transformasi karya sastra ke layar lebar.
Juga hadir para penulis Jawa Barat seperti Karno Kartadibrata, Endah Dinda Jenura, Evi Sri Rezeki, Darpan Ariawinangun, Yusef Muldiyana, Lugiena Dea, dan lain-lain
Pembicara menghadirkan tiga nara sumber, yaitu Ketua Ketua Lakpesdam PWNU Jawa Barat yang juga Wakil Rektor IAILM Suryalaya, Asep Salahudin, Dosen Universitas Pasundan yang juga budayawan Hawe Setiawan, dan anggota LSF Ni Luh Putu Elly P. Erawati. (cep)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.