Lihat Ada Cacat Prosedural, Komisi X DPR RI Dukung Revitalisasi TIM Dimoratorium
Syaiful mengatakan Komisi X melihat ada cacat prosedural dan sejumlah regulasi yang tidak terpenuhi dalam revitalisasi ini
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi X DPR mendukung penundaan sementara revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) atau dimoratorium.
Hal itu dikatakan Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda usai menerima audiensi dari Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (17/2/2020).
Baca: Forum Seniman Peduli TIM Mengadu ke Komisi X DPR
Syaiful mengatakan Komisi X melihat ada cacat prosedural dan sejumlah regulasi yang tidak terpenuhi dalam revitalisasi ini.
"Karena itu Komisi X setuju dan mendukung supaya revitalisasi TIM ini dimoratorium dulu, dihentikan dulu sampai ada kejelasan terkait dengan prosedur dan terkait dengan adanya kompromi terhadap pelaku yang selama ini ada di sana, yaitu para seniman dan budayawan," ujarnnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Komisi X DPR tidak ingin TIM dikomersialkan lantaran pemerintah daerah memberikan kewenangan kepada BUMD untuk mengelola pusat budaya daerah Jakarta.
Syaiful khawatir seniman tidak memiliki akses untuk berkarya di pusat kebudayaan, termasuk di TIM.
"Ini artinya mendekati pusat kebudayaan dengan cara pandang komersial. Di mata saya ini tidak pas, karena itu, ini kritik tajam saya sebenarnya, tidak boleh sebenarnya. Kalau pemda mau membangun, semestinya dia bangun atas APBD itu sendiri, jangan diberikan kepada BUMD yang komersial, lalu BUMD membangun itu," katanya.
"Dan itu pasti komersial, pasti komersial. Saya khawatir seniman pun tidak punya akses dia untuk tampil dan berkarya di sana," lanjutnya.
Sebelumnya, Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR, Senin (17/2/2020).
Kedatangannya para seniman itu untuk mengadu lantaran mereka kecewa dengan revitalisasi TIM.
Pimpinan Forum Seniman Peduli TIM Radhar Panca Dahana mengakui para seniman tidak pernah diajak bicara terkait revitalisasi TIM.
"Berangkat dari satu kebijakan itu seperti komet yang menghantam bumi. Mendadak kita hancur berantakan, kira-kira gitu. Tanpa ada kompromi, kayak ketetapan Tuhan aja. Nggak ada bicara sama sekali dengan kami, kebijakan itu, tahu-tahu sudah diberlakukan," katanya di Ruang Rapat Komisi X DPR, Senayan, Jakarta.
Radhar menhatakan para seniman setuju revitalisasi agar TIM menjadi lebih baik.
Namun, seharusnya para seniman dilibatkan dan diajak bicara soal rencana revitalisasi itu.
Baca: Hari ini Presiden Jokowi Kunjungi Taman Nasional Gunung Merapi
Ia mengungkapkan pihaknya sudah melayangkan protes dan meminta moratorium revitalisasi tersebut.
"Kami protes, karena cuma satu masalahnya. Revitalisasi atau revitalisasi atau rehabilitasi TIM, kita tidak peduli namanya, kita setuju TIM menjadi lebih baik, lebih baru, setuju, tapi ya ngomong," ujarnya.