Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Observasi di Hanggar Berujung Cinta Lokasi, 'Gimana Enggak Cinlok, Masih Banyak yang Jomblo'

Ia menceritakan selama di hanggar banyak melahirkan bibit cinta, karena selama di sana ada saja sesama teman yang saling melirik dan memberi perhatian

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Observasi di Hanggar Berujung Cinta Lokasi, 'Gimana Enggak Cinlok, Masih Banyak yang Jomblo'
Tribunnews.com/Igman Ibrahim
Rombongan peserta observasi Natuna yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, mulai dikembalikan ke daerahnya masing-masing pada hari ini, Sabtu (15/2/2020) 

 TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Berjuta kisah beribu cerita, momen observasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Pulau Natuna ternyata tak hanya melulu tentang kesedihan, namun juga tentang asmara.

Ya, selama 14 hari tinggal bersama di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, para WNI dari Wuhan itu ternyata banyak yang terlibat cinta lokasi (cinlok).

14 hari memang bukanlah waktu yang singkat melalui aktivitas bersama-sama melewati hari-hari dalam ruang terbatas.

"Iya, tentu berkesan. Dan tidak hanya berkesan, namun menggoreskan pengalaman berharga dalam hidup," kata Yayu Indah Maharani, seorang mahasiswa yang dievakuasi dari Wuhan dan kemudian menjalani observasi di Natuna.

Sembari menenteng tas ranselnya, Yayu bercerita pengalaman yang dilaluinya selama observasi yang tidak akan terlupakan begitu saja.

"Seumur hidup baru kali ini saya mengalami kejadian diobservasi dalam sebuah ruang gerak terbatas. Namun itu bukan persoalan. Masa observasi memberi saya sebuah pengalaman berharga," kata gadis asal Kendari itu kepada Tribun, Sabtu (15/2/2020).

Yayu lantas mengibaratkan bagaimana secarik kertas tak cukup menggoreskan cerita hari-hari yang dilalui ratusan WNI saat menjalani masa observasi di Lanud Raden Sajad, Ranai, Natuna.

BERITA TERKAIT

Bukan tanpa alasan, karena rentetan perjalanan mereka cukup panjang, mulai dari dijemput oleh Pemerintah Indonesia dari Wuhan Provinsi Hubei, China, mereka sudah mulai saling berkenalan satu sama lain.

Baca: Kiwil Tak Mau Istrinya Jadi Janda, Meggy Wulandari: Jangan Sedih, Itu Urusan Allah

Baca: Tanpa Disadari, Ini Akibat Kebiasaan Buruk Kaki Kiri Menempel Pada Pedal Kopling Mobil

"Ibarat kawan senasib sepenanggungan, kami dievakuasi lalu diisolasi di sebuah pulau. Kalau kata medis bak virus yang harus dihindari. Kami seperti virus yang bisa menyebar, padahal tidak. Saya tahu lah gejala virus bagaimana. Enggak sia-sia dong saya jadi mahasiswa kedokteran," cetus Yayu sambil tersenyum.

"Namun walau bagaimanapun, saya bersyukur telah melewati pengalaman berharga ini," imbuhnya.

Yayu pun mulai bercerita perasaan semula yang ia rasakan saat menjalani serangkaian evakuasi dari Wuhan membuat hati dan perasaannya bercampur aduk.

"Iya, mungkin karena pertama kali dijemput Pemerintah, terus satu pesawat dengan warga Indonesia lainnya. Kesannya itu beda jika kita pulang sendiri," ujarnya.

Lalu, lanjut Yayu ia dan para WNI dari Wuhan lainnya singgah di bandara Hang Nadim Batam, dan kemudian kembali terbang menuju Natuna.

"Dalam proses evakuasi ini ada yang tak kalah menarik dari petugas dan perlakuan kepada kami. Bukan yang aneh ya, tapi menurut saya unik sih. Seperti petugas menggunakan alat pelindung diri bak astronot, kami disemprot disinvektan anti virus. Iya aneh saja gitu," ucap Yayu bercerita.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas