Penyintas Gagal Ginjal Minta Pemerintah Serius Tangani Penimbunan dan Tingginya Harga Masker
"Setiap hari, kami bisa menggunakan sekitar lima masker secara bergantian. Bila prosedur ini kami langgar akan berakibat rentan terkena infeksi."
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah diminta lebih serius dalam menangani persoalan masker yang langka dan harga yang melambung tinggi di pasaran.
Menurut Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Samosir dalam keterangan persnya, Kamis (5/3/2020), hal ini sangat memberatkan masyarakat secara umum, khususnya para pasien dengan penyakit kronis dan berkebutuhan khusus.
Baca: Cerita Susanna, Pemilik Toko yang Viral Karena Tolak Pembeli yang Mau Borong Dagangannya
“Ada tidak ada wabah virus corona, kami penyintas gagal ginjal (pasien cuci darah) khususnya yang menggunakan terapi cuci darah lewat perut dan transplantasi ginjal sangat memerlukan masker setiap harinya," katanya yang juga seorang pasien gagal ginjal yang sudah transplantasi itu.
"Setiap hari, kami bisa menggunakan sekitar lima masker secara bergantian. Bila prosedur ini kami langgar akan berakibat rentan terkena infeksi oleh bakteri atau virus apapun,” tambahnya.
Menurutnya, sebelum virus corona masuk ke Indonesia, para pasien tersebut sudah menjerit karena langka dan mahalnya harga masker.
Apalagi, saat ini harga semakin tidak terkendali.
“Setiap hari pasien cuci darah lewat perut (CAPD) membutuhkan masker minimal sebanyak lima buah. Ketika memasukan cairan dialisis ke rongga perut (rongga peritoneum) lewat kateter dan mengeluarkan cairan hasil proses dialisis, si pasien harus memakai masker untuk mencegah infeksi. Begitu juga pasien transplantasi ginjal, mereka ini sangat rendah daya tahan tubuhnya. Sangat mudah tertular penyakit infeksius” jelasnya.
Tony membeberkan banyak anggota KPCDI sekarang harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk membeli masker, yang semula hanya Rp 5.000 per hari menjadi 10 kali lipat harnyanya bahkan lebih.
“Dulu kami beli masker di harga 20 ribu per boks. Sekarang mencapai ratusan ribu Rupiah. Nggak masuk akal. Jumlah pengeluaran harian untuk masker sebesar itu sangat berat buat kami. Selain seumur hidup, biaya lainnya sebagai penyintas gagal ginjal yang tidak dicover BPJS Kesehatan sangat banyak,” katanya.
“Kalau kami tidak memakai masker karena tak punya duit, resikonya rentan terkena infeksi. Bila terinfeksi sama saja akan membunuh kami sebelum virus corona menyerang kami,” tegasnya.
Tony Samosir berharap para penegak hukum melakukan razia terhadap penimbun masker.
Baca: Pria Berusia 47 Tahun di Korsel Ini Sembuh dari Virus Corona: Virus Ini Dapat Dikalahkan!
Meminta pemerintah menjamin peningkatkan produksi masker dan mengatur harga agar tetap stabil.