Cerita Emil Dardak Suka 'Wayangan' dengan Khofifah
Untuk kemudian memberikan semangat, bahwa pemimpin itu kudu iso ngelakoni. Jangan hanya bisa menyampaikan tapi tidak bisa ngelakoni. Kan' itu penting
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak telah bekerja selama setahun. Emil bercerita bagaimana dapat bahu-membahu bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk membangun provinsi terbesar kedua di Indonesia.
Emil Dardak berkunjung ke markas besar Tribun Network di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (14/3). Di sela-sela kesibukannya, ia melakukan audiensi bersama awak Tribun Network, yakni General Manager Content Tribun Network Domu A Ambarita, Staf Direksi Cecep Burdansyah, Rachmat Hidayat, News Manager serta jajaran awak Tribun Network lainnya.
Pada kesempatan itu, Emil Dardak memaparkan sejumlah hal yang menjadi fokus pembangunannya di Jawa Timur. Emil juga menjelaskan secara detail bagaimana Jawa Timur mengatasi wabah virus corona Covid-19. Selama setahun ini, ucap Emil, ia merasa dapat menjalin kerja sama yang baik bersama Khofifah.
Baca: BREAKING NEWS: Presiden Jokowi Tegaskan Pemerintah Belum Memilih Opsi Lockdown
"Kita suka wayangan. Maksudnya kalau besok ada paparan sangat penting saya sama Bu Gubernur itu begadang. Tek-tokan, kirim e-mail, revisi. Jadi ya kita sebutnya wayangan," kata Emil Dardak kepada Tribun Network. Berikut wawancara mengenai 'kecocokan' dalam hal kerja sama antara Emil Dardak dan Khofifah Indar Parawansa.
Bagaimana Anda berbagi peran dengan Khofifah?
Satu hal bahwa commander itu gubernur. Dan hanya momen-momen di mana gubernur secara official tidak, itu baru wakil gubernur bisa menjalankan tugas gubernur. Tetapi keputusan ada di gubernur. Gubernur punya diskresi bagaimana itu semua akan dilakukan.
Baca: Ayu Maulida jadi Pemenang Puteri Indonesia 2020, Khofifah dan Emil Dardak Sampaikan Selamat
Kami sebagai wakil difungsikan oleh gubernur sebagaimana bisa mendukung kinerjanya dengan baik. Tentunya kita sadar ada sensitivitas mana kala apa bedanya seorang kepala dinas dengan seorang gubernur.
Pernah tidak, ada yang membandingkan kepala dinas dengan gubernur?
Tidak pernah.Yang dibandingkan gubernur dengan wakil gubernur, bupati dengan wakil bupati, jadi kalau kepala dinas itu rajin, aktif, orang itu tidak pernah kemudian membandingkan dengan bupatinya.
Tapi wakilnya akan dibandingkan dengan bupatinya.Apakah kemudian ini menjadi sebuah alasan untuk kita tidak menjalankan kinerja, bukan. Tetapi bagaimana kita menjalin komunikasi dan sebagainya, kalau dulu Pak Jusuf Kalla pernah ngomong, seninya menjadi wakil itu manage people tapi juga manage the boss. He-he. Beliau dua periode dengan presiden yang berbeda.
Baca: Virus Corona Mewabah di Dunia, 7 Negara Ini Lakukan Lockdown
Bagaimana dengan anggapan bahwa seorang wakil itu adalah 'ban serep'?
Jadi yang dapat saya katakan definisi ban serep itu definisi yang sangat sederhana. Dikatakan iya ya tidak, dikatakan tidak ya tidak. Artinya kita tidak boleh mengatakan oh saya bukan ban serep. Mungkin yang lebih tepat, "Bukan sekedar ban serep,".

Itu kata-kata yang lebih tepat. Bahwa kita, kita harus siap untuk mem-back up. Ini kan' team work, dan Bu Gubernur (Khofifah) orang yang sangat menyadari. Misalnya kita menerima kunjungan pejabat tinggi dari daerah lain atau negara lain. Ya harus diterima oleh gubernur atau wakil gubernur.
Baca: Yunarto Wijaya Kritik Kebijakan Pemprov DKI Batasi Transportasi Umum Terkait Pencegahan Virus Corona
Di sini kita harus siap, mungkin gubernur ada hal yang sangat urgent, yang harus dilakukan. Di sini artinya kami mencoba ada seninya antara kita merancang program kita, dan kita siap-siap untuk menerima limpahan situasi yang muncul dari gubernur. Di sini dinamikanya kadang-kadang kita set waktu tapi Bu Khofifah tipe orang yang bisa diajak diskusi.