Cerita di Balik Ruang Isolasi Pasien Positif Corona
RS menceritakan, awalnya melakukan tes swab atau tes pengambilan sampel lendir tenggorokan untuk menguji positif Covid-19 atau tidak
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-RS(55), masih berada di ruang isolasi rumah sakit di Jakarta Timur. Ia dinyatakan pasien positif corona atau Covid-19 sejak Selasa (17/3) lalu. Dirinya tak putus asa dan memiliki harapan untuk kesembuhan.
RS menceritakan, awalnya melakukan tes swab atau tes pengambilan sampel lendir tenggorokan untuk menguji positif Covid-19 atau tidak. Ia melakukan tes swab pada Minggu 15 Maret. Dan hasilnya keluar dua hari setelahnya."Hasilnya positif," ceritanya kepada Tribun, Selasa (24/3/2020).
Setelah dinyatakan positif, RS langsung dibawa ke ruang isolasi rumah sakit rujukan, yakni Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur. Pria yang bertempat tinggal di Jakarta Pusat ini mengatakan kondisi dia saat itu demam, batuk, dan diharuskan untuk diinfus.
Baca: Dalam Sehari Terdapat 16 Ribu Kasus Baru, AS Bakal Jadi Pusat Wabah Virus Corona
Dengan perawatan yang baik dari pihak rumah sakit, dokter, hingga perawat, kini kondisi Riko mulai membaik. "Puji Tuhan, kondisi demam sudah tidak lagi dan infus sudah dicabut," katanya.
Keluhan yang ada saat ini, kata dia, adalah batuk-batuk terutama kalau panjang berbicara dan menarik nafas dalam. Menurutnya, selama dirawat ia mengkonsumsi obat yang pernah diutarakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) chloroquine. Kondisinya lambat laun pun membaik.
"Harapan sembuh itu ada dan nyata. Pemerintah sudah melaksanakan dengan benar protokol penanganan COVID 19 ini," tutur dia.
Di Ruang Isolasi
RS berujar, selama diisolasi berdua dalam satu kamar di RSKD Duren Sawit. Penanganan di ruang isolasi, menurutnya, sangat baik. Ruangan besar dengan kamar mandi dalam. Memang selama di ruang isolasi, tak diperkenankan dikunjungi oleh siapapun."Kecuali dokter dan perawat," imbuhnya.
Selama diisolasi ia tetap bisa berkomunikasi dengan keluarga. Melalui aplikasi komunikasi ataupun sambungan telepon. "Komunikasi dengan keluarga melalui WhatsApp atau telepon," ceritanya.
Baca: Keluarga Krisdayanti & Raul Lemos Isolasi Mandiri Sepulang Liburan dari Eropa
Pihak keluarga juga diperkenankan memberikan pakaian bersih, makanan atau keperluan Riko lainnya selama menjalani perawatan di ruang isolasi. "Dengan menyerahkan di pos yang ditentukan dengan jadwal yang sudah ditetapkan," katanya.
"Semenjak mengkonsumsi chloroquine ada perbaikan kesehatan. Namun jangan salah ya, obat ini keras dan saya diberikan bukan hanya chloroquine, tapi ada obat lain dan vitamin juga," ucap RS.
Baca: Menteri PUPR Optimis RS Khusus di Pulau Galang akan Selesai Pekan Ini
R, ingin berbagi cerita kepada masyarakat Indonesia. Bahwa harapan untuk sembuh itu ada. Tentunya dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti keluarga, dokter, rumah sakit, dan pemerintah. Yang bekerja sama saling bahu membahu demi menangani corona Covid-19.
"Harapan itu ada dan nyata berangkat dari dukungan keluarga. Baik istri, anak-anak, dan keluarga lainnya. Yang kedua iman. Percaya kita sebagai orang beragama.Yang ketiga, proses medis yang saya lalui dan penanganan yang baik dan profesional oleh dokter dan perawat di sini," kata dia.
Baca: Corona Tak Ada Hubungannya dengan Kematian
RS Selasa (24/3/2020) lalu baru saja melakukan tes swab kembali. Hasil tes positif atau negatif akan diketahui pada 3 hari ke depan. Ia pun berharap tes itu menunjukan negatif corona."Menurut dokter kalau negatif maka saya sudah bisa kembali ke keluarga," katanya.
Baca: Begini Perbedaan Batuk yang Terinfeksi Gejala Virus Corona dan Batuk Biasa, Pahami dan Jangan Panik
RS mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada tenaga medis, yang memberikan kemampuan semaksimal mungkin untuk penyembuhan para pasien positif corona Covid-19."Dokter dan perawat di sini sangat baik dan sering memberikan narasi positif. Bahkan suka humor juga," ucapnya.
Ia mengatakan para dokter hingga perawat memiliki beban kerja yang tidak ringan. Harus bekerja selama enam jam dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)."Beban kerja mereka berat harus bekerja selama 6 jam dengan menggunakan APD yang menutup seluruh tubuh tanpa bisa makan, minum, kebelakang mereka pakai pampers, dan istirahat," ceritanya.
Karena itu ia merasa terbantu sekali atas dukungan mereka. "Secara fisik, saya merasakan semakin membaik," tuturnya.