Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam: Kurangi Aktivitas di Luar
Namun demikian, prof Ari belum bisa memastikan apakah wilayah lain di seluruh Indonesia harus segera dilakukan karantina
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam Gastroenterologi-Hepatologi menyarankan agar Pemerintah Pusat segera mengambil langkah tegas dalam menanggulangi penularan virus corona (Covid-19).
Salah satunya yakni dengan memberlakukan kebijakan karantina wilayah di pusat persebaran pandemi tersebut, yakni kota DKI Jakarta.
dr. Ari mengungkapkan, jajaran guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) telah melakukan sejumlah tinjauan akademik terkait pandemi virus Corona. Mulai dari asal virus tersebut lahir dan berkembang, hingga akhirnya mewabah di Tanah Air.
Jajaran guru besar FKUI juga melakukan evaluasi terhadap kebijakan Presiden Jokowi mengenai belajar dari rumah dan bekerja dari rumah, yang nampaknya tidak benar-benar dilakukan oleh masyarakat dengan tertib.
Hal tersebut, lanjut dr. Ari, membuat masyarakat tetap berkumpul. Yang berarti proses penularan virus corona tetap mungkin terjadi. Terbukti dengan masifnya penambahan angka kasus Covid-19 di Indonesia. Angka kasus positif virus corona hingga kini terus bertambah.
"Ketika kasus itu masih ada dan terus meningkat, apalagi meningkatnya setiap hari ini seratus-seratus, artinya apa? Bahwa proses penularan itu masih terjadi di masyarakat. Timbul pemikiran dari guru besar itu tadi, apapun namanya yang penting benar-benar dilakukan karantina," kata dr. Ari.
Baca: Lega Hasil Tes Tunjukkan Negatif Covid-19, Gelandang Bhayangkara FC Kini Berani Membaur Bareng Teman
Namun demikian, prof Ari belum bisa memastikan apakah wilayah lain di seluruh Indonesia harus segera dilakukan karantina. Semua itu, lanjutnya, bergantung pada perkembangan kasus virus corona di Indonesia.
Berikut petikan wawancara lengkap Tribun dengan dr. Ari Fahrial Syam.
Pandangan FKUI soal imbauan untuk lockdown episentrum virus corona, Jakarta?
Jadi pertama mesti saya sampaikan bahwa sejak awal kalau bicara soal virus Corona dan gagasan lockdown atau karantina, FKUI, karena memang kami ini memiliki tinjauan akademik.
Kemudian dari tinjauan ini kami melakukan dan melihat bagaimana proses sebaran yang terjadi di sana, Wuhan, kita pelajari semua evident base medicine sebelum kasus itu masuk ke Indonesia.
Setelah itu kami lakukan sosialisasi dan mengundang pakar virus dan ahli paru dan kami juga terlibat dalam berbagai hal seperti terlibat dalam Gugus Percepatan Penanganan covid, sampai akhirnya kami pun melihat bahwa Jakarta sudah menjadi episentrum.
Apa yang menjadi dasar kekhawatiran sehingga himbauan untuk lockdown harus disampaikan?
Artinya bahwa masukan dari kami selalu berjalan dan juga teman-teman guru besar FKUI ini melakukan evaluasi, khususnya ketika melihat tampaknya himbauan presiden mengenai belajar dari rumah, bekerja dari rumah, belum benar-benar dilakukan secara tertib oleh masyarakat.
Baca: 81 Tenaga Medis di 30 Rumah Sakit Jakarta Terinfeksi Virus Corona
Pertama angka kasus semakin meningkat. Kita sudah tembus angka psikologis di atas seribu, angka kematian kita juga sudah di atas seratus. Kalau kita hitung-hitung persentase ini 8 persen.
Berarti imbauan bekerja dan belajar dari rumah tidak benar-benar diterapkan?
Imbauan presiden itu tanda petik, masyarakat kurang mendengar imbauan presiden. Ketika kasus itu masih ada dan terus meningkat, apalagi meningkatnya setiap hari ini seratus-seratus, artinya apa? Bahwa proses penularan itu masih terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu timbul pemikiran dari guru besar itu tadi, apapun namanya yang penting benar-benar dilakukan karantina di wilayah utama, atau pusat sebaran covid ini.
Baca: Mulai Selasa Ini PM Jepang Mulai Aktif Pakai Masker
Harapan dari diberlakukan karantina itu sendiri apa sebenarnya?
Kita berharap masyarakat ini stay at home, mengurangi aktivitas di luar. Karena ketika masyarakat ada di luar, terjadi potensi untuk penularan. Close contact, jarak dekat, misal ke mall, megang tangan ini ke mana-mana, yang memungkinkan untuk jadi media penularan.
Karena itu, lingkup gerak masyarakat harus dibatasi sementara ini. Karena kasus ini akan terus bertambah apabila masyarakat tetap leluasa, dan penularan terjadi jika interaksi antar masyarakat itu masih sangat tinggi. Itu saja intinya.
Apakah karantina wilayah juga perlu dilakukan di seluruh Indonesia?
Karantina wilayah khususnya untuk DKI karena jadi episentrum utk Indonesia. Selanjutnya (wilayah lain) lihat keadaan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.