Kesaksian Novel Baswedan: Mantan Kapolda Metro Jaya, M Iriawan Sempat Sebut Nama 'Jenderal'
Novel Baswedan saat itu juga tengah menyelidiki kasus megakorupsi e-KTP dengan sasaran Setya Novanto.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Novel menjawab pertanyaan hakim bahwa Kapolda Metro Jaya saat itu, Komjen M Iriawan merespons seadanya.
"Katanya 'oh iya, kita perlu waspada dan hati-hati'. Saya ketika melihat itu, rasanya ada kekuatan yang cukup besar yang Pak Kapolda pun rasanya agak sedikit takut," jawab Novel.
Dalam persidangan, Novel mengaku sebelum penyiraman air keras kepadanya, dia kerap mendapatkan teror-teror yang berkaitan dengan kasus korupsi yang dipegangnya.
"Ancaman-ancaman dalam perkara itu banyak sekali saya terima. Jadi ketika alami itu, saya hati-hati, tetapi tentunya berbeda ketika saya mengalami hal ini (penyiraman air keras)," ujarnya.
Apa yang Novel katakan seperti diketahui tak hanya dilandasi argumen ataupun BAP, tetapi juga laporan dari Komisi Nasional HAM, yang menyebut bahwa kasusnya dilakukan secara terorganisir.
"Saat itu ada penanganan perkara terkait dengan surat yang itu dilakukan oleh tersangka Basuki Hariman, dan saat itu ada sedikit kehebohan pemberian sejumlah uang kepada yang diduga oknum-oknum penegak hukum, dan ini kemudian jadi pembicaraan. Bahkan, ada penyidik dan penyelidik di KPK yang sengaja dikirimkan oleh seorang petinggi-petinggi kepolisan," ujar Novel.
Dia bahkan diperbincangkan sebagai penyidik yang mengoordinasikan sejumlah satgas untum menargetkan para petinggi Polri, meski diketahui dirinya membantah hal itu.
Novel saat itu juga tengah menyelidiki kasus megakorupsi e-KTP dengan sasaran Setya Novanto.
"Saat itu terkait pidana penyelewengan uang, saya sampaikan ke BPK saat itu dan cerita-cerita itu bocor ke luar. Saya enggak tahu bagaimana prosesnya bisa sampai diketahui orang-orang di luar KPK," kata Novel.
Novel juga menjawab pertanyaan dari penasihat pelaku, termasuk soal detail apakah pelaku penyiraman meneriakkan namanya sehingga Novel menoleh saat kedua pelaku mendekatinya.
"Saya katakan pada saat aktivitas saya pulang dari masjid, ada tetangga yang menyapa karena dia melintas. Seingat saya saat itu tidak ada kaitan dengan saya dipanggil, saya tidak mendengar saya dipanggil, dan kalaupun saya dipanggil, saya seharusnya dengar karena saat itu sunyi," kata Novel menjelaskan kepada penasihat hukum saat sidang.
Penasihat hukum pun bertanya mengapa Novel menoleh saat kedua pelaku mendekati, apakah dirinya mengetahui itu.
"Kalau ada motor yang berjalan pelan, saya merasa orang ini akan mengajak bicara, makanya saya menoleh," lanjutnya.
Baca: Pasutri Pelaku Penusukan Wiranto Ternyata Bawa Anaknya Saat Beraksi di Alun-alun Menes