Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyerang Novel Baswedan Berjaket ala Gangster, Berikut Penuturan Sejumlah Saksi

Di persidangan, majelis hakim sempat meminta saksi untuk memperagakan bagaimana kedua pelaku menyiram

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Penyerang Novel Baswedan Berjaket ala Gangster, Berikut Penuturan Sejumlah Saksi
Tribunnews/Herudin
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan memberikan kesaksian dalam sidang kasus penyiraman air keras terhadapnya di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, di Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2020). Majelis Hakim menghadirkan Novel Baswedan sebagai saksi utama dalam sidang kasus penyiraman air keras terhadap dirinya dengan terdakwa Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette. Tribunnews/Herudin 

*Saksi Tak Kenali Wajah Dua Pelaku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Saksi kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan, Eko Yulianto, mengaku tidak bisa mengenali secara pasti apakah terdakwa Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette merupakan orang dilihatnya di lokasi kejadian.

Pengakuan disampaikan Eko Yulianto, seorang pegawai swasta, dalam sidang lanjutan
di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kamis (14/5).

Penyerangan terhadap Novel Baswedan terjadi pada pada 11 April 2017, sekira pukul 05.00 WIB, di dekat kediaman korban, kawasan Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta.

Eko Yulianto mengaku pada saat itu menunaikan ibadah salat subuh di Masjid Al-Ihsan.

Setelah salat, ia berjalan kaki pulang ke rumahnya. Pada saat itu ia melihat dua orang
mencurigakan.

Baca: Bawa Kabur 2 Bocah di Depok, Polisi Gadungan Langsung tutup Telepon dari Keluarga Korban Penculikan

Baca: NF Tersangka Pembunuhan Sekaligus Korban Pemerkosaan Kekasih dan 2 Paman, Bagaimana Nasibnya Kini?

Baca: Inter, Milan, Napoli, dan 6 Klub Serie A Liga Italia Tolak Perubahan Protokol Medis FIGC

Satu orang duduk dan satu orang berdiri. Di sebelah mereka ada sepeda motor yang
diparkir di belakang mobil berwarna putih milik seorang warga setempat.

Berita Rekomendasi

"Ada yang duduk dan ada yang berdiri. Dia duduk di bangku, berbadan gemuk memakai jaket kayak gangster. Yang duduk tidak pakai helm. Yang duduk hanya menunduk. Kayak orang asing, mencurigakan," kata Eko.

Dia mengaku melihat kedua orang itu sekira dua menit. "Tidak sampai 2 menit saya
melihat. Saya buru-buru," ujarnya.

Sesampai di rumah Eko diminta oleh ibunya kembali ke masjid untuk menjemput
ayahnya. Pada saat keluar rumah, dia mendapat informasi penyerangan terhadap
Novel Baswedan.

Jaksa penuntut umum (JPU) kemudian menanyakan apakah saksi mengenai dua
terdakwa.

Melalui layar lebar yang diletakkan di ruang sidang, jaksa memperlihatkan
wajah Ronny Bugis dan Rahmat Kadir, dua-duanya anggota Brimob di Mako Kelapa
Dua.

"Ada atau tidak kemiripan," tanya Jaksa. Saksi mengaku hanya mengenali dua orang itu
dari postur tubuh. Namun, tidak mengetahui ciri-cirinya secara pasti. "Sama untuk
badan," jawab saksi.

Eko Yulianto merupakan satu-satunya saksi yang melihat dua pelaku penyiraman. Ia
mengaku sempat diminta oleh polisi menerangkan wajah pelaku untuk keperluan
membuat sketsa wajah.

"Banyak (sketsanya), yang sama persis itu yang pertama kali. Yang pakai pensil.
Namun, dia tidak menyimpulkan apakah sketsa wajah itu sama dengan dua terdakwa.

"Kalau yang gemuk dari gestur sama. Pola duduk berbeda yang gendut. Saya tidak
menyimpulkan dia pelakunya," tambah Eko.

JPU mendakwa Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette melakukan penganiayaan
berat terhadap Novel Baswedan.

Postur sama

Warga sekitar kediaman Novel Baswedan sempat melihat dua orang mencurigakan
selama kurun waktu satu bulan sebelum insiden penyiraman air keras.

“Satu bulan sebelum kejadian ada dua orang duduk di dekat masjid (Al Ihsan). Motor di parkir di depan tukang sate. Yang saya ingat (motornya) Vario,” kata Romli, saat memberikan keterangan di persidangan.

Romli mengaku bersama dengan temannya, Yono, melihat orang tidak dikenal tersebut.

Dia melihat pada saat mereka sedang nongkrong di penjual sate yang letaknya tak jauh dari Masjid Al-Ihsan. Romli sempat memfoto sepeda motor diduga milik kedua orang tersebut.

“Cuma melihat orang asing berdua lagi duduk. Sampai habis isya masih ada. Hanya
motornya yang difoto. Karena orang tidak dikenal,” ujarnya.

Romli tidak ingat ciri-ciri kedua orang tersebut. “Lupa,” katanya.

Sedang M Rifki Novian, mengungkapkan sempat melihat dua orang tidak dikenal di
lingkungan tempat tinggal Novel.

Dia melihat sekitar satu minggu sebelum insiden penyiraman air keras.

“Seminggu sebelumnya ada (orang tidak dikenal. Sekitar Subuh. Saya memperhatikan
sebelum hari kejadian,” ungkapnya. M Rifki mengaku mengetahui seorang pelaku.

“Dari (badan) kekarnya, yang duduk itu (terdakwa) sama,” tambahnya.

Saksi lain, Iman Sukirman, seorang buruh harian lepas, merasa gatal-gatal setelah
membantu membersihkan wajah Novel Baswedan.

Iman membantu membersihkan wajah Novel di tempat wudhu Masjid Al-Ihsan.

"Waktu di tempat wudhu gatal. Iya (merasa gatal)" kata Iman, saat memberikan
keterangan di persidangan. Ia jua melihat ada luka di kepala Novel Baswedan.

Luka itu kemungkinan karena Novel menabrak pohon nangka di lokasi kejadian.
Dia mengaku sebagai orang pertama yang menolong Novel Baswedan.

Sukirman merangkul Novel ke tempat wudhu Masjid Al-Ihsan.

"Saya menyiram (air), ia yang membasuh. Ada keran di tempat wudhu," katanya.

Di persidangan, majelis hakim sempat meminta saksi untuk memperagakan bagaimana kedua pelaku menyiram sesuatu kepada Novel Baswedan. Seorang petugas Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjadi pengemudi motor, sedang saksi menjadi seseorang yang dibonceng. (tribunnetwork/gle)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas