Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aktivitas Ekonomi dan Warga Layak Dibuka Mulai Juni 2020, Survei LSI Denny JA Ungkap Tiga Alasannya

LSI Denny JA menemukan fakta bahwa Indonesia telah memenuhi syarat untuk membuka kembali aktivitas warga dan ekonomi.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Aktivitas Ekonomi dan Warga Layak Dibuka Mulai Juni 2020, Survei LSI Denny JA Ungkap Tiga Alasannya
Tribunnews/JEPRIMA
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA saat memberikan kata sambutan disela-sela acara diskusi yang mengangkat tema Menurunnya Kepercayaan Publik di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). Diskusi tersebut membahas efek pilpres 2019, menurunnya kepercayaan terhadap institusi negara dan lembaga sosial. Disela acara tersebut LSI Denny JA juga menjalin kerjasama dengan PT Lapi ITB tentang program bersama mini MBA & Short Course bidang Good Governance dan Political Marketing. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan setidaknya terdapat tiga landasan mengapa Indonesia perlu kembali bekerja secepatnya.

Secara bertahap, menurut Denny JA, Indonesia dapat memulai kembali bekerja di luar rumah pada Juni 2020 mendatang.

Hal itu lantaran, LSI Denny JA menemukan fakta bahwa Indonesia telah memenuhi syarat untuk membuka kembali aktivitas warga dan ekonomi.

Kendati demikian, menurut Denny JA, hal ini tidak dapat dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia.

"Ia harus dilakukan secara bertahap karena grafik kasus setiap wilayah berbeda-beda, setelah PSBB diberlakukan," ungkap Denny JA dalam siaran pers yang dipublikasikan di laman Facebook Denny J.A's World, Sabtu (16/5/2020) malam.

Menurutnya, wilayah yang sudah layak dibuka kembali termasuk Jakarta yang merupakan pusat ekonomi dan bisnis Indonesia.

Berikut paparan Denny JA tiga landasan yang membuat Indonesia perlu segera kembali bekerja, yaitu:

Berita Rekomendasi

1. Banyak negara yang membuka kembali aktivitas warga

Landasan yang pertama, Denny JA menyebutkan, telah banyak negara di dunia yang membuka kembali aktivitas warga dan ekonominya.

Baca: Pemerintah Persilakan Warga Kembangkan Industri Rumahan Selama Pandemi Covid-19

Denny JA mengatakan, di bulan April, sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Austria, Norwegia, Denmark, Yunani, dan juga New Zealand (non Eropa), telah melonggarkan kebijakan lockdown-nya.

Selanjutnya, pada awal Mei, diikuti oleh negara Eropa yang lain, seperti Portugal, Spanyol, Belgia, Italia dan Perancis.

"Di antara negara-negara tersebut, Italia, Spanyol, Perancis dan Jerman adalah negara yang diawal pandemi memiliki kasus positif dan meninggal paling banyak di Eropa."

"Negara-negara tersebut membuka kembali pembatasan sosial (lockdown) setelah mereka melewati puncak pandemi, yang terlihat dari data kurva kasus harian yang menurun (driven by data)," lanjutnya.

Menurut Denny JA, dalam menerapkan kebijakan ini, setiap negara memiliki detil kebijakan yang berbeda-beda.

Namun terdapat persamaan dari kebijakan aktivitas ekonomi yang dibolehkan.

Di antaranya yaitu usaha kecil menengah, toko-toko kebutuhan pokok harian, toko buku, toko pakaian, dan taman publik.

Menurutnya, semua itu mulai diperbolehkan untuk dibuka kembali dengan tetap menjaga aturan social distancing.

"Bar, restoran, dan kafe belum diizinkan buka hingga Juni 2020," tambah Denny JA.

Baca: Daftar Lokasi Rukyatul Hilal Awal Syawal 1441H/2020M di Seluruh Wilayah Indonesia

2. Vaksin paling cepat ditemukan satu tahun lagi

Kedua, Denny mengatakan, vaksin baru ditemukan paling cepat 12 bulan atau satu tahun lagi.

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia dan negara lain mustahil menunggu hingga vaksin benar-benar ditemukan untuk memulai kerja ke luar rumah lagi.

Menurut Denny JA, APINDO melaporkan bahwa data mereka menunjukan terdapat kurang lebih 7 juta karyawan yang di PHK pada Mei 2020.

APINDO juga mengingkatkan bahwa terdapat 30 juta karyawan di bidang properti yang juga terancam di PHK jika pandemi belum bisa diatasi.

"Artinya jika aktivitas ekonomi tidak secara bertahap dimulai maka warga Indonesia bisa menderita akibat terkaparnya ekonomi rumah tangga," kata Denny JA.

3. Keseimbangan kesehatan tubuh dan ekonomi harus terjaga

Landasan yang ketiga, Denny menyampaikan, Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara kesehatan tubuh dan kesehatan ekonomi.

Menurutnya, saat ini selain angka pengangguran yang makin tinggi, pendapatan negara menurun dan pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target akibat dampak Covid-19.

"Hal ini dapat mengakibatkan dampak ekonomi ke semua sektor (krisis ekonomi)."

"Jika aktivitas ekonomi tak segera dibuka kembali, maka pemulihan ekonomi Indonesia akan melalui jalan yang panjang dan terjal," kata Denny.

Namun, Denny JA menekankan, dibukanya kembali aktivitas warga dan ekonomi harus dilakukan dengan bertahap, belajar best practice dari negara yang sudah lebih dahulu, dituntun dengan data, dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Baca: Gara-gara Sering Dimaki, Mertua Tega Bunuh Menantu, setelah Beraksi Lalu Kunci Rumah dan Bunuh Diri

Sebelumnya, Dennya JA menyampaikan, LSI Denny JA telah melakukan riset dengan mengolah data sekunder dari data Gugus Tugas, Worldometer, dan WHO.

Menurutnya, dari hasil riset tersebut, kurva penambahan kasus Covid-19 kini mulai mendatar.

Bahkan, tren kasus Covid-19 di sejumlah daerah telah menurun.

Sebaliknya, menurut Denny JA, dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia semakin memuncak.

"Data menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran dan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Denny. (Tribunnews.com/Widadewi Metta)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas