Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wakil Ketua MPR: Makna Idul Fitri Tidak Hilang Meski di Tengah Pandemi Covid-19

Ahmad Muzani mengatakan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah dirayakan secara berbeda.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Wakil Ketua MPR: Makna Idul Fitri Tidak Hilang Meski di Tengah Pandemi Covid-19
Taufik Ismail/Tribunnews.com
Ahmad Muzani 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia Ahmad Muzani mengatakan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah dirayakan secara berbeda.

Sebab Hari Kemenangan bagi umat islam itu masih di suasana pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19). Rutinitas umat islam bersilaturahmi ke rumah kerabat diungkapkan kini tidak bisa lagi dilakukan.
Kebiasaan tahunan itu dilarang pemerintah terkait pencegahan penyebaran Covid-19.

"Bulan Syawal akan ditandai dengan 1 Syawal atau yang biasa kita sebut dengan Hari Raya Idul Fitri, hari di mana kita akan merayakan kemenangan. Akan tetapi dalam memasuki bulan Syawal, di Hari Raya Idul Fitri ini kita masih dalam suasana covid-19," kata Ahmad Muzani dalam keterangannya, Jumat (21/5/2020).

Baca: Ahmad Muzani Berharap Ramadan Jadi Pendorong Peningkatan Amal Saleh di Masa Pandemi

Menurut dia, Covid-19 masih menjadi ancaman. Oleh karena itu, pada bulan Syawal ini social distancing atau pembatasan sosial masih menjadi cara merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Baca: Tata Cara Salat Idul Fitri di Rumah, Beserta Panduan Khutbah Berdasarkan Fatwa MUI

"Saya berharap, meskipun physical distancing-social distancing, kita tidak akan kehilangan makna dari Idul Fitri itu sendiri," ujarnya.

Dia menjelaskan lebaran kali ini sebagai lebaran pertama dalam sejarah yang dilakukan tanpa bersalaman. Berlebaran tanpa bersalaman berarti berlebaran tanpa bertemu muka dengan sanak saudara, kerabat ataupun sahabat.

Berita Rekomendasi

Walaupun begitu, Ahmad Muzani menekankan hal terpenting dalam berlebaran, yakni membuka pintu maaf tanpa perlu seseorang terlebih dahulu mengucapkan permohonan maaf.

"Memberi maaf nilai lebih tinggi daripada kita meminta maaf. Tanpa perlu orang, sahabat, kawan-kawan, saudara-saudara kita memohon maaf-meminta maaf, kita harus memberi maaf kepada mereka. Itulah permaafan sejatinya. Memberi maaf tanpa perlu meminta maaf," kata dia.

Memberi maaf disampaikan dapat energi positif bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi pandemi. Saling maaf memaafkan menjadi energi positif bagi bangsa. Dan semangat baru dalam menghadapi pandemi covid-19.

Tidak hanya itu, dirinya mengingatkan kepada seluruh umat muslim untuk dapat menjaga semangat Ramadan.

Ibadah katanya harus tetap dijaga, begitu juga dengan sikap saling berbagi yang diajarkan lewat kewajiban membayar zakat fitrah.

Sikap saling tolong menolong tersebut diyakininya dapat memperkuat solidaritas untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.

"Kita harus bersedekah, saling berbagi-bahu membahu kepada sesama sebagai bentuk solidaritas dan ketaatan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu, kita harus tetap menjaga nilai-nilai kefitrian," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas