Pemerintah Diminta Kuatkan Peran Intelijen Untuk Halau Ancaman Di Tengah Pandemi Covid-19
Pemerintah Indonesia diminta untuk memperkuat fungsi dan peran intelijen di institusi pertahanan dan keamanan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta untuk memperkuat fungsi dan peran intelijen di institusi pertahanan dan keamanan.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Relawan Jokowi (ReJO) HM Darmizal MS.
Darmizal beralasan pandemi Covid-19 yang tengah melanda Tanah Air dapat menjadi celah bagi masuknya ancaman baik dari dalam dan luar negeri terhadap Indonesia.
"Kedepan, institusi pertahanan dan keamanan seperti TNI dan Polri sebaiknya menempatkan pengambil keputusan yang mempunyai kualifikasi intelijen," ujar Darmizal, dalam keterangannya, Minggu (31/5/2020).
Baca: Daratkan Ciuman di Pipi Gisel, Gading Merasa Sangat Bahagia, Im So Happy, Belum Move On?
"Tanpa kemampuan intelijen maka pengambilan keputusan di bidang pertahanan dan keamanan bisa lengah dalam mendeteksi dan mencegah potensi ancaman bagi negara," imbuhnya.
Darmizal, mengatakan pentingnya ada penjaga untuk mengawal pemerintah menghadapi ancaman.
Satu contoh dengan menempatkan pucuk pimpinan di aparat penegak hukum yang memiliki basis intelijen.
Karena intelijen tak ubahnya mata dan telinga pemimpin negara.
Baca: Ayah Tega Setubuhi Dua Anak Tirinya hingga Hamil, Pelaku Sempat Kabur Setelah Diamuk Massa
Hal senada juga disampaikan pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia Stanislaus Riyanta.
Stanislaus mengatakan fungsi intelijen saat ini menjadi garis depan negara dalam mencegah ancaman dari dalam maupun luar yang berpotensi terjadi saat pemerintah sedang fokus menangani pandemi Covid-19.
Di sisi lain, Stanislaus menyebut bahwa ada kelompok-kalompok yang saat ini mencoba mengganggu Indonesia dengan membangun sejumlah narasi.
"Selain kelompok teroris yang tujuannya ingin mendirikan khilafah di Indonesia, ada juga gerakan dari kelompok tertentu yang memprovokasi masyarakat untuk melengserkan Presiden Joko Widodo. Mereka membangun narasi dengan isu melemahnya ekonomi, kebangkitan komunis, dan sentimen terhadap China," kata Stanislaus.