Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiga Sudut Pandang dalam Melihat The New Normal: Habitus Baru Dorong Efek Domino

New Normal memengaruhi dan sekaligus memunculkan cara hidup, cara berpikir, berkomunikasi, bertindak dan sekaligus berperilaku baru

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Tiga Sudut Pandang dalam Melihat The New Normal: Habitus Baru Dorong Efek Domino
HandOut/IST
Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro menegaskan, New Normal, yang oleh Presiden Joko Widodo disebut sebagai tatanan kehidupan baru di tengah pandemi Covid-19, hendaknya dilihat sebagai habitus (perilaku) baru.

Perilaku baru ini memengaruhi dan sekaligus memunculkan cara hidup, cara berpikir, berkomunikasi, bertindak dan sekaligus berperilaku baru (baca-berbeda) bagi masyarakat Indonesia.

Habitus baru ini akan mendorong terjadinya efek domino pada kegiatan masyarakat lainnya.

Menurut Putut, ada tiga sudut pandang yang dapat digunakan untuk dapat melihat New Normal yakni; “Apa Yang Sesungguhnya Berubah”, “Apa Yang Seharusnya Berubah” dan “Apa Yang Sebaiknya Berubah”.

"Mengingat Covid-19 ini mengancam kehidupan manusia, ketiga sudut pandang itu melihat New Normal sebagai habitus baru dalam interaksi antar manusia (New Normal Sesungguhnya), manusia dan kehidupannya termasuk ekonomi (New Normal yang seharusnya) serta manusia dan lingkungannya (New Normal Yang Sebaiknya) dan ketiganya saling terkait," kata Putut, dilansir Tribun Jogja, Selasa (2/6/2020).

Paus Fransiskus menandatangani Berkat Damai untuk Bangsa Indonesia yang disodorkan AM Putut Prabantoro dalam audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Rabu (16/10/2019)
Paus Fransiskus menandatangani Berkat Damai untuk Bangsa Indonesia yang disodorkan AM Putut Prabantoro dalam audiensi umum di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Rabu (16/10/2019) (HO/Ist)

“New Normal Yang Sesungguhnya ditandai dengan habitus yang sama sekali baru dalam interaksi antar manusia seperti physical distancing (jaga jarak) atau social distancing (pembatasan sosial). Bentuk kegiatan yang terkait dengan kerumunan seperti sekolah, pelaksanaan ibadah, festival-festival, mall, hotel, ataupun transportasi akan berubah. Perubahan dari padat karya ke padat teknologi dalam dunia usaha dimungkinkan terjadi percepatan. Emirates Airlines, sebagai contoh, sudah mengeluarkan protokol New Normal dalam penerbangannya. Protokol ini akan terus digunakan hingga pandemi berakhir,” kata Putut Prabantoro, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa)

Sedangkan “New Normal Yang Seharusnya”, papar dia, dipengaruhi oleh Desentralisasi Global (DG) yang merupakan kondisi dimana setiap negara termasuk Indonesia dipaksa untuk hidup mandiri dan harus fokus pada persoalan domestiknya.

BERITA TERKAIT

Setiap negara harus mandiri tanpa dapat berharap bantuan dari negara lain yang ternyata juga memiliki masalah serupa.

Dalam konteks ini, New Normal akan merupakan habitus baru yang akan mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia segera mewujudkan ketahanan pangan, air dan energi termasuk energi baru terbarukan mengingat ketiganya merupakan modal utama dalam menjalankan kehidupan ekonomi lainnya.

Sebagai konsekuensinya, pemerintah Indonesia harus mereview kembali kebijakan ekonominya dan kembali ke amanat Pasal 33 UUD 1945 yakni Usaha Bersama yang berdasar pada asas kekeluargaan sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pemimpin bangsa dahulu.

Desentralisasi global di Indonesia mendorong munculnya kesadaran gotong royong dalam pembangunan bidang ekonomi. Tidak menutup kemungkinan, ditegaskannya, desentralisasi global ini akan mendorong terbentuknya Indonesia Raya Incorporated (IRI), yakni pembangunan ekonomi nasional terintegrasi demi pemerataan kemakmuran untuk mewujudkan ketahanan nasional.

Putut Prabantoro, penggagas konsep Indonesia Raya Incorporated (IRI) ini mengingatkan, meskipun 505 dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia menggunakan unsur pangan dalam lambang daerahnya ternyata ketahanan pangan di Indonesia tidak mudah untuk diwujudkan.

Artinya harus terjadi habitus baru dalam pemerintah daerah dan bersama pemerintah pusat untuk dapat mewujudkannya.

Hal yang perlu diingat adalah, pembangunan ekonomi Indonesia harus bersumber dari kekuatan ekonomi masing-masing daerah yang bertumpu pada letak geografis dan sumber kekayaan alam yang dimilikinya untuk kemakmuran sebesar-besarnya seluruh rakyat Indonesia

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas