Kegagalan Pengendalian Interaksi Fisik Bisa Bikin Banjir Pasien Baru Covid-19
"Interdisiplin saja tidak cukup tapi harus trans disiplin. Melibatkan banyak orang," kata Imam Prasodjo.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog Imam B. Prasodjo menegaskan dalam memutus mata rantai penularan virus corona dibutuhkan transdisiplin atau sikap disiplin kolektif yang melibatkan banyak orang.
Pencegahan penularan tidak bisa jika hanya satu dua orang saja yang patuh terhadap aturan.
"Interdisiplin saja tidak cukup tapi harus trans disiplin. Melibatkan banyak orang," kata Imam dalam diskusi virtual, Rabu (3/6/2020) malam.
Menyambut new normal, ia mengatakan pemerintah dan masyarakat harus mampu dan sadar untuk mengendalikan interaksi fisik antar warga.
Sebab pengendalian jarak fisik adalah salah satu cara mencegah terjadinya penularan.
Baca: Cerita di Balik Sukses Novel Baswedan, Pimpin Langsung Operasi Penangkapan Buron KPK, Nurhadi
"Pengendalian interaksi fisik, jadi bagaimana memutus mata rantai dengan mengendalikan interaksi fisik," paparnya.
Namun pengendalian individu dengan perilaku sosial punya bumerang tersendiri.
Baca: Surat PHK Dikirim Tengah Malam, 181 Pilot Kontrak Garuda Indonesia Kehilangan Pekerjaan
Kalau gagal mengendalikannya, maka berdampak pada penularan tak terkendali, dan pelayanan kesehatan harus menghadapi banjirnya pasien.
Indonesia kata Imam harus belajar dari pengalaman pengendalian virus dari Wuhan, Italia, dan Amerika.
Baca: Terkuak Setahun Pasca Kejadian, Pembunuh Janda Empat Anak Ini Ternyata Pasangan Suami Istri
"Kita mengendalikan individu dengan perilaku sosial. Kalau kita gagal, maka dampaknya pada pelayanan kesehatan, ini yang mengerikan. Pengalaman Wuhan, Italia, Amerika, itu karena banjirnya pasien akibat mata rantai yang tidak bisa diatasi," kata dia.