Enggartiasto Lukita Serukan Pengusaha dan Pemerintah Bersinergi
Mantan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mengatakan dalam suasana resesi global seperti ini, psikologi pasar tidak stabil.
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mengatakan dalam suasana resesi global seperti ini, psikologi pasar tidak stabil.
Hampir semua negara akan melakukan intervensi terhadap pasar domestik mereka masing-masing. Menurut Enggar, tidak ada negara yang ingin runtuh ekonominya.
Karena itu, mereka akan melakukan segala cara untuk menjaganya, dari memberikan stimulus hingga melakukan proteksi terhadap komoditas strategis.
Baca: Jepang Resmi Resesi, Indonesia Lampu Merah
“Ini menjadi tantangan buat ekonomi Indonesia. Saat ini tidak ada negara yang betul-betul aman secara ekonomi. Ini karena semua terhubung dalam satu rantai pasok global yang saling bergantung satu sama lain. Jadi, jika komoditas tertentu di suatu negara terganggu, maka sudah tentu dampaknya juga dirasakan oleh negara lain. Karena keterhubungan global supply chain yang sangat erat,” ungkap Enggar saat berbicara di webinar bertajuk “Mempersiapkan Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12 bekerja sama dengan DPP Partai NasDem.
Enggar memberi contoh, pabrik otomotif Indonesia saat ini mengalami kesulitan. Kenapa? Karena meskipun produksi mobil dilakukan di Indonesia, tetapi sebagian besar komponennya dipasok dari negara lain, seperti dari Wuhan,Cina.
Maka sejak Wuhan dikarantina, mereka mengalami kesulitan. Menurut Enggar, ketergantungan ini juga terjadi di industri lain, baik di industri makanan-minuman, otomotif, maupun di industri kesehatan.
“Ketergantungan terhadap pasokan negara lain ini harus menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah dan pengusaha harus bersinergi. Pandemi ini harus jadi momentum untuk melakukan evaluasi. Pelajarannya, bahwa ke depan ketergantungan itu harus diminimalkan dengan menggenjot produksi dalam negeri, baik dari bahan baku hingga bahan jadinya. Sehingga secara ekonomi, kita bisa mandiri dan betul-betul kuat,” papar Enggar.
Baca: Covid-19, Resesi Ekonomi dan Urgensi Kebersamaan
Dibanding banyak negara yang mengalami resesi, Indonesia saat ini masih cukup beruntung. Enggar mengatakan, sampai saat ini pertumbuhan Indonesia masih positif. Belum negatif, seperti dialami Amerika Serikat, dan banyak negara lainnya. Keberuntungan itu harus dijaga dengan memperkuat faktor-faktor penopang.
Lebih spesifik, Enggar meminta pemerintah menjaga perputaran ekonomi di tingkat bawah. Salah satunya dengan menjaga pasar tradisional. Ekonomi rakyat, kata Enggar, sebagian besar digerakkan oleh pasar tradisional.
“Misalnya, diatur jalan dan jaraknya. Pasar tradisional memang membutuhkan keahlian khusus untuk mengaturnya, tetapi ini harus dilakukan karena pasar jantung ekonomi rakyat. Harus ada pendaftaran pedagang, pengaturan PKL (pedagang kaki lima), misalnya dengan sistem ganjil genap, jadi penjualnya digilir. Sistem serupa juga bisa dipakai di pasar modern. Intinya, protokol kesehatan harus diterapkan, tetapi ekonomi juga berjalan,” paparnya.
Selain itu, yang juga penting dilakukan adalah melihat peluang ekspor. Saat ini hampir semua negara memang melakukan proteksi dan menjaga pasar domestik mereka.
Namun, bukan berarti peluang ekspor tertutup, karena faktanya semua negara saling membutuhkan dan saling bergantung.
Untuk itu, pemerintah harus mencari pasar di mana komoditas Indonesia bisa masuk, setelah itu sinergi dengan pengusaha.
“Sinergi pemerintah dan pengusaha ini sangat penting. Pemerintah tidak bisa hanya membuka pasar terus membiarkan pengusaha bergerak sendiri. Pemerintah juga harus membantu dan mendorong pengusaha, baik dalam mencari peluang pasar hingga memasok barang,” jelasnya.
Enggar mengakui, bahwa tidak mudah menjaga ekonomi di masa pandemi. Tapi, jika semua pihak bersinergi, terutama pemerintah dan pengusaha, kesulitan ekonomi bisa diatasi.
“Kita harus siap untuk kondisi ini. Tentu tak hanya memasrahkan tanggungjawab kepada pemerintah. Kita, semua komponen bangsa, harus bergerak bersama dan bersinergi. Kita tidak bisa berpangku tangan,” ujar Enggar.
Webinar ini melibatkan sejumlah pembicara, seperti Ketua KADIN Indonesia Rosan Roslani, Ketua DPP Partai NasDem Bidang Ekonomi, Shaanti Shamdasani, serta panelis Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung dan wartawan senior Media Group, Suryopratomo.