Bamsoet: Isu SARA di Indonesia Rentan Dimanipulasi dan Diprovokasi
Sebab, kata Bamsoet, belum matangnya konstruksi sosial politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
![Bamsoet: Isu SARA di Indonesia Rentan Dimanipulasi dan Diprovokasi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/bamsoet-bicara-soal-sara.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyoroti isu SARA yang berkembang akhir- akhir ini.
Menurutnya, SARA selalu menjadi isu sensitif yang terjadi tak hanya di Indonesia, juga di negara lainnya seperti Amerika Serikat.
Baca: Menyaksikan Demonstran George Floyd Terkena Gas Air Mata, Donald Trump: Pemandangan yang Indah
Hal itu disampaikannya dalam webinar bertajuk "Rasisme vs Makar", Sabtu (13/6/2020).
"Isu SARA adalah isu yang sensitif bahkan bagi negara yang sangat matang kehidupan demokrasinya seperti Amerika itu juga merupakan isu fundamental," kata pria yang akrab disapa Bamsoet ini.
"Kasus tindak kekerasan yang dilakukan oknum polisi kulit putih terhadap warga kulit hitam mengakibatkan demonstrasi besar-besaran hingga menimbulkan kerusuhan di berbagai wilayah di Amerika," imbuhnya.
Menurut Bamsoet, di Indonesia isu SARA sangat rentan untuk dimanipulasi dan diprovokasi.
Sebab, kata Bamsoet, belum matangnya konstruksi sosial politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Isu SARA juga sangat rentan untuk dimanipulasi dan diprovokasi. Apalagi indonesia yang sangat majemuk dan heterogen. Amerika saja bisa bergejolak ketika diterpa isu SARA," ucap Bamsoet.
Bamsoet mengatakan, pemicu utama konflik yang timbul dari SARA adalah ketidakmampuan untuk mengelola kemajemukan secara bijaksana dan ketidaksiapan sebagian masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut sebagai fitrah bangsa.
Baca: Dubes Sebut Korea Selatan Siap Terima Kembali Pekerja Migran Indonesia
Dia mencontohkan demonstrasi besar-besaran warga Papua yang dipicu adanya perlakuan rasis kepada mahasiswa Papua di Surabaya pada tahun lalu.
"Yang pasti adalah bahwa pihak yang paling menderita adalah rakyat, korban materi, dan korban jiwa. Jangan dilihat dari aspek kuantitas saja karena setiap nyawa, setiap jiwa adalah bagian tak terpisahkan dari anak bangsa yaitu bangsa Indonesia," pungkas Bamsoet.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.