Wali Kota Bogor Minta Pandemi Covid-19 Dilihat sebagai Ujian Keimanan Bukan Ujian Kesehatan
Dia mencontohkan adanya teori konspirasi yang masuk ke pasar ataupun perbedaan tafsir cara beribadah
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meminta semua pihak memandang pandemi Covid-19 sebagai ujian keimanan, dan bukannya ujian kesehatan.
"Dari cara pandang dimensi spiritual vertikal maksudnya pandemi ini dilihat bukan sebagai ujian kesehatan, tapi adalah ujian keimanan," ujar Bima, dalam webinar 'Memperkuat Kerukunan dan Solidaritas di Tengah Covid-19', Senin (15/6/2020).
Bima menilai jika cara pandang semua pihak dalam memahami pandemi diarahkan dalam konteks spiritual, maka tidak akan banyak persoalan muncul di lapangan.
Dia mencontohkan adanya teori konspirasi yang masuk ke pasar ataupun perbedaan tafsir cara beribadah di rumah ibadah akibat perbedaan cara pandang.
Baca: Kemenko PMK: Sekolah Dapat Dibuka Agustus Jika Penularan Covid-19 Menurun
Baca: Antisipasi Korupsi, Jokowi Minta Aspek Pencegahan Ditingkatkan Dalam Kelola Dana Covid-19
Baca: BREAKING NEWS: Kepala BPKAD Medan Diperiksa Kejati Sumut, Diduga Terkait Dana Covid-19
"Kalau cara pandangnya sama tidak akan banyak berkembang soal teori konspirasi. Kita lihat ada pasar menolak untuk dilakukan tes rapid atau swab, karena mulai masuk doktrin konspirasi ke pasar," kata dia.
"Kemudian ada perbedaan tafsir tentang cara ibadah di rumah ibadah. Ini pun tidak akan terjadi kalau ada kesamaan dalam cara pandang vertikal ini," imbuhnya.
Oleh sebab itu, Bima mengatakan pihaknya berkonsultasi dengan tokoh-tokoh lintas agama melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk membangun narasi yang sama terkait cara pandang tersebut.
Sebagai pasien sembuh Covid-19, Bima mengatakan yang membuatnya kembali bersemangat dan melangkah adalah cara pandang tersebut.
"Ini yang kosong di banyak tempat, termasuk di negara kita. Bagaimana kita memaknai ini bukan hanya dalam dimensi yang sangat teknis dan taktis. Bukan hanya masalah kesehatan, bukan hanya memperbanyak swab, tetapi pondasinya adalah cara pandang kita," jelasnya.
"Saya berterimakasih karena Bogor sudah melaksanakan dengan sangat baik. FKUB membuat dialog dengan berbagai komunitas, bersinergi dengan PKK bagaimana membangun ketahanan keluarga di tengah pandemi. Bagaimana mengatasi kekerasan di keluarga yang cenderung meningkat karena tidak semua keluarga tahan di lockdown selama tiga bulan. Karena itulah perlu masuk dimensi penguatan disitu. Harus ada narasi yang sangat kuat bagaimana kita memahami ini sebagai ujian keimanan," tandasnya.