Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi: Jangan Sampai Muncul Gelombang Kedua Covid-19

Presiden Joko Widodo berpesan agar penanganan virus corona (Covid-19) diperketat agar tak muncul gelombang kedua.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Jokowi: Jangan Sampai Muncul Gelombang Kedua Covid-19
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Presiden Joko Widodo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo berpesan agar penanganan virus corona (Covid-19) diperketat agar tak muncul gelombang kedua.

Saat ini ancaman Covid-19 masih belum berakhir karena vaksin masih belum ditemukan. 

Kondisi yang masih dinamis dengan ancaman tinggi masih harus dikendalikan oleh seluruh pihak.

"Oleh sebab itu, kita harus menjaga jangan sampai muncul gelombang kedua," ujar Jokowi saat memberi arahan dalam kunjungan ke Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020).  

Penanganan tidak hanya pada sektor kesehatan tetapi juga pada sektor ekonomi. Hal itu untuk mencegah terjadinya kontraksi yang semakin dalam.

Keduanya harus ditangani secara berimbang agar berdampak positif.

Perkara tersebut diakui tidak mudah untuk dilakukan sehingga perlu kerja yang maksimal.

Berita Rekomendasi

"Jangan sampai melonggarkan tanpa kendali rem, ekonomi bagus tapi covid naik. Bukan itu yang kita inginkan," terang Jokowi.

Kebijakan yang dikeluarkan harus berdasarkan pada data dan pandangan keilmuan. Sehingga dalam memutuskan suatu kebijakan dapat tepat sasaran.

Jokowi juga mendorong perhitungan yang tepat dalam memasuki kenormalan baru. Daerah dan sektor yang akan dibuka harus dihitung dengan matang.

"Jangan lupa setiap hari, setiap minggu, setiap dua minggu dimonitor dan dievaluasi. Kalau memang keadaannya naik, ya tutup lagi," ungkap Jokowi.

Karantina lokal

Jokowi mengatakan bahwa strategi intervensi berbasis lokal paling efektif dalam mengendalikan penyebaran Covid-19

Hal itu disampaikan Presiden saat meninjau Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 di Jawa Tengah (Jateng), Selasa (30/6/2020). 

"Mengkarantina, mengisolasi RT, mengisolasi RW mengisolasi kampung atau desa itu lebih efektif daripada kita mengkarantina kota atau kabupaten. ini lebih efektif," kata Presiden.

Oleh karena itu, Presiden berharap semua daerah menggunakan strategi tersebut dalam menanggulangi Covid-19 sehingga tingkat penyebaran virus dapat menurun. 

"Jadi strategi ini agar kita pakai bersama-sama, sehingga kita harapkan terjadi penurunan (reproduksi virus) RT maupun R0," katanya. 

Presiden berharap pada Juli mendatang semua elemen, pemerintah pusat, pemerintah daerah, Gugus Tugas bekerja keras dalam menanggulangi Covid-19.

Sehingga penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tersebut menurun di semua daerah termasuk di Jateng.

"Dan Insya Allah ekonomi kita bisa merangkak kepada  sebuah pertumbuhan yang normal kembali," pungkasnya.

New Normal

Presiden Jokowi juga mengingatkan kepala daerah dan gugus tugas daerah agar dalam membuka tatanan baru atau adaptasi kebiasaan baru, harus berdasarkan data ilmiah dan saran para pakar.

Hal itu disampaikan Presiden saat mengunjungi Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 Jawa Tengah (Jateng) di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jateng, Selasa, (30/6/2020).

"Saya titip jangan sampai membuka pada tatanan baru new normal tetapi tidak melalui tahapan-tahapan yang benar. Setiap kita membuat kebijakan setiap kita membuat policy betul-betul tolong yang namanya data science itu dipakai," ujar Presiden.

Presiden juga mengingatkan agar dalam membuka tatanan baru atau new normal jangan dipaksakan.

Apabila belum layak dan memungkinkan secara ilmiah dan saran pakar, maka new normal jangan diterapkan.

"Jangan sampai kita berani membuka masuk ke new normal tetapi keadaan datanya masih belum memungkinkan, jangan dipaksa sehingga tahapan-tahapan, harus betul-betul disiapkan," katanya.

Tahapan tersebut diantaranya yakni adanya fase prakondisi, mulai dari sosialisasi hingga simulasi.

Setelah prakondisi maka selanjutnya yakni penentuan atau timing new normal. 

"Timingnya harus tepat. jangan sampai Rt nya masih tinggi diatas 1, R0  masih tinggi kita sudah berani buka, hati-hati jangan membuat kebijakan tanpa sebuah data science yang jelas," katanya.

Setelah timing, maka selanjutnya yakni penentuan prioritas sektor penerapan new normal.

Apakah sektor industri terlebih dahulu, sektor pariwisata, atau sektor lainnya yang memungkinkan. 

"Tetapi juga mungkin masih dibatasi kalau kapasitas biasanya 1000, ya 500 dulu. Tidak usah tergesa-gesa yang karena yang kita hadapi ini dua, kesehatan dan ekonomi yang semuanya harus berjalan dengan baik," katanya.

Setelah semuanya dilalui, menurut Presiden harus ada evaluasi yang dilakukan setiap minggu atau dua minggu sekali.

Kalau penerapan new normal membuat kasus positif melonjak, maka harus dicabut kembali. 

"Kalau memang keadaannya naik ya tutup lagi harus berani seperti itu harus berani memutuskan seperti itu," pungkasnya.

Laporan Ganjar

Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 pada pekan ke-26 sebesar 922 kasus.

Angka tersebut dianggap  merupakan lonjakan yang cukup besar.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelaskan lonjakan kasus itu disebabkan karena adanya upaya masif yang dilakukan Pemprov yakni tes PCR di Kota Semarang.

Hal itu disampaikan Ganjar saat laporan terkini penanganan Covid-19 di Jawa Tengah kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (30/6/2020).

“Bapak Presiden kami mencoba untuk melakukan suatu analisa, ada penambahan kasus terbanyak terjadi pada Minggu ke-26 ada 922 kasus,” kata Ganjar.

"Karena salah satunya, Kota Semarang sangat aktif melakukan pemerikasaan bukan Repid Tes tapi PCR dan sudah melebihi target," tambahnya.

Lebih lanjut, Ganjar menyebut jika penambahan kasus positif Covid-19 itu terdapat di klaster yang penularan yang menonjol seperti ASN Pemprov, Pegawai PLTU dan Pasar Tradisional Kota Semarang.

Juga ada klaster Panti Lansia dan Polres Kabupaten Rembang, tenaga kesehatan dan pegawai PLTU Jepara, serta klaster Ijtima Gowa dan Temboro.

“Untuk semua klaster sudah diisolasi masing-masing, selebihnya yang selalu kita ajak bicara adalah klaster Ijtima Gowa dan Temboro yang di semua tempat rasanya ada,” jelas Ganjar.   

Penulis: Taufik/Fransiskus

Sumber: Kontan.co.id

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas