Pengamat: Presiden Jokowi Sesekali Marah Juga Tidak Jadi Masalah
Menurut Karyono, tidak sedikit yang menilai presiden sedang kecewa dan marah kepada para pembantunya.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, pidato Presiden Jokowi di depan rapat kabinet 18 Juni lalu, memang menimbulkan multitafsir.
Menurut Karyono, tidak sedikit yang menilai presiden sedang kecewa dan marah kepada para pembantunya.
"Sementara Presiden Jokowi sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak marah, melainkan hanya meminta menterinya bekerja lebih keras lagi tetapi sebagian menilai presiden sedang marah dengan para pembantunya," kata Karyono saat dihubungi Tribunnews, Kamis (16/7/2020).
Baca: Jokowi Siapkan Inpres Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan
Baca: Pesan Jokowi Kepada Pedagang Kecil yang Dapat Bantuan Modal Kerja Darurat
Karyono berpandangan, publik bisa menilai pidato yang disampaikan Jokowi tersebut intonasinya tinggi atau tidak, narasi dan ekspresinya mencerminkan kekecewaaan atau tidak, dikatakan marah, setengah marah atau tidak, itu tergantung siapa yang menilai.
"Menurut saya, jika presiden nesu yo ora opo opo (presiden marah juga tidak masalah) karena presiden punya hak untuk marah.
Sebagai kepala pemerintahan, sudah sewajarnya marah jika ada anak buahnya yang tidak disiplin, ndableg, dan tidak becus bekerja. Sehingga wajar jika presiden marah," ucap Karyono.
Meski demikian, Karyono berpandangan memang tidak baik jika presiden marah-marah terus. Tetapi sekali-kali harus marah, bahkan jika sudah kelewatan harus dicopot jabatannya.
Karyono pun mengatakan, menteri harus tahu bahwa presiden sedang marah karena kinerjanya buruk.
"Dengan begitu maka ada motivasi untuk memperbaiki kinerjanya," jelasnya.