Pesta Seks di Kalangan Pelajar SMP, Mengapa Terjadi?
Pembatasan akses yang dimaksud Jasra yakni terkait pembelajaran reproduksi yang biasa dilakukan sekolah atau pusat komunitas, terhenti di masa pandemi
Editor: Hasanudin Aco
![Pesta Seks di Kalangan Pelajar SMP, Mengapa Terjadi?](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/tiga-puluh-orang-di-kota-jambi-kepergok-pesta-seks-di-hotel-kena-razia.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) menilai banyaknya remaja atau pelajar sekolah menengah pertama (SMP) yang terjaring operasi razia di hotel di Jambi terjadi karena kebutuhan tumbuh kembang pubertas remaja tidak tersalurkan dengan baik akibat pembatasan akses di masa pandemi Covid-19.
"KPAI melihat besarnya pasangan siswa SMP yang terlibat, menandakan anak-anak remaja kita sangat rentan," kata Komisioner Jasra Putra melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/7/2020).
"Kebutuhan tumbuh kembang pubertas di usia produktifnya tidak tersalurkan dengan baik, karena semua akses dibatasi," lanjut dia.
Baca: 37 Remaja di Bawah Umur Kepergok Pesta Seks, Petugas Temukan 1 Gadis dengan 6 Pria dalam Satu Kamar
Pembatasan akses yang dimaksud Jasra yakni terkait pembelajaran reproduksi yang biasa dilakukan sekolah atau pusat komunitas, terhenti di masa pandemi Covid-19.
Sedangkan, pembelajaran secara daring untuk materi tersebut dinilai Jasra tidak cukup.
"Dilakukan banyak melalui via daring yang hanya menyasar pengetahuan remaja saja, namun bagaimana perubahan perilaku dari informasi tersebut perlu dipantau," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Tim gabungan TNI/Polri bersama Pemerintah Kecamatan Pasar Kota Jambi mengelar razia penyakit masyarakat (pekat), Rabu (8/7/2020) malam.
Hasilnya, dalam razia itu didapati sedikitnya 37 pasangan remaja di bawah umur yang diduga hendak melakukan pesta seks di hotel.
Jasra melanjutkan, beberapa kegiatan positif remaja juga terhenti selama pandemi Covid-19. Sehingga, berpotensi micu hormon stres.
"Ketergantungan pada gadget menyebabkan juga agresifitas yang tinggi, hormon stres atau tekanan juga tinggi dengan fasilitas yang berkurang, yang berakhir pada mencari eksistensi sendiri," ungkap dia.
Tak hanya berbasis hukuman
Jasra pun mengingatkan penanganan 37 anak remaja yang terjaring razia di hotel itu tidak boleh hanya berorientasi pada hukuman.
Menurut dia, penyaluran tumbuh kembang mereka juga harus diperhatikan oleh semua pihak.
"Jika hanya berorientasi pada hukuman, maka akan menjadi kegagalan kita semua," imbuhnya.