Usut Kasus Nurhadi, KPK Periksa Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama Medan
Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk melengkapi berkas penyidikan tersangka mantan Sekretaris MA Nurhadi.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan memeriksa Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama Medan Hilman Lubis dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi terkait perkara di Mahkamah Agung (MA) tahun 2011-2016.
Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk melengkapi berkas penyidikan tersangka mantan Sekretaris MA Nurhadi.
"Saksi diperiksa untuk tersangka NHD," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, Jumat (17/7/2020).
Dalam kasus suap dan gratifikasi senilai Rp46 miliar ini, Hilman Lubis sudah beberapa kali diperiksa tim penyidik KPK.
Selain memeriksa Hilman, penyidik bakalan memeriksa dua saksi lagi untuk Nurhadi. Mereka ialah Amir Widjaja dan Andre Ismail Putra Nasution. Keduanya disebut sebagai wiraswasta.
Baca: KPK Dalami Aset Tanah Nurhadi dan Menantunya di Padang Lawas Sumut
Dalam kasus mafia hukum di MA ini, Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal (MIT) Hiendra Soenjoto diduga kuat telah menyuap dua tersangka lainnya yakni, mantan Sekretaris MA Nurhadi dan menantunya, Rezky Herbiyono.
Adapun, suap diberikan berupa sembilan lembar cek dengan total Rp46 miliar. Suap ditujukan untuk menangani sebuah perkara di MA.
Perkara yang ditangani pertama, berasal dari kasus perdata PT MIT melawan PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau PT KBN, dan perkara perdata saham di PT MIT.
Dalam penanganan perkara itu, Hiendra diduga meminta, memuluskan penanganan perkara Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Kasasi Nomor: 2570 K/Pdt/2012 antara PT MIT dan PT KBN.
Kedua, pelaksanaan eksekusi lahan PT MIT di lokasi milik PT KBN oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara agar dapat ditangguhkan.
Baca: KPK Usut Kasus Nurhadi dari Unsur Pengacara dan Notaris
Baca: KPK Usut Kasus Nurhadi dari Unsur Pengacara dan Notaris
Selain itu, Nurhadi juga diminta Hiendra untuk menangani perkara sengketa saham PT MIT yang diajukan dengan Azhar Umar.
Hiendra diduga telah memberikan uang sebesar Rp33,1 miliar kepada Nurhadi melalui Rezky. Penyerahan uang itu dilakukan secara bertahap dengan total 45 kali transaksi.
Beberapa transaksi juga dikirimkan Hiendra ke rekening staf Rezky. KPK menduga, penyerahan uang itu sengaja dilakukan agar tidak mencurigakan penggelembungan pengiriman uang. Sebab, nilai transaksi terbilang besar
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.