Sumber Pangan Lokal Dinilai Mampu Mendukung Pertahanan Nasional
"Fenomena stunting yang masih terjadi di Indonesia berpotensi mengganggu pertahanan nasional di masa datang," katanya
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengatakan pemanfaatan bahan pangan lokal dapat mendukung pertahanan nasional di sektor pangan.
Menurutnya, pemanfaatan bahan pangan lokal bisa memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di Tanah Air agar terhindar dari ancaman stunting.
Baca: Antisipasi Krisis Pangan, UMKM Pangan Didorong Terhubung Ekosistem Digital
Hal tersebut diungkapkan Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi daring bertema Badan Sehat Gizi Seimbang dengan Diversifikasi Pangan Lokal, yang digelar DPP Garnita Malahayati NasDem, Sabtu (18/7/2020).
"Fenomena stunting yang masih terjadi di Indonesia berpotensi mengganggu pertahanan nasional di masa datang. Peningkatan ketahanan pangan lewat pemanfaatan bahan pangan lokal bisa jadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan stunting," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan yang diterima, Minggu (19/7/2020).
Menurut Lestari, membangun pertahanan nasional tidak selalu soal seberapa banyak negara ini bisa membeli alutsista yang canggih dan mutakhir.
Lebih dari itu, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, kemandirian dalam menyediakan pangan buat warga juga bagian dari membangun pertahanan nasional.
Menurut politikus NasDem tersebut, kemandirian dalam menyediakan pangan saat ini menjadi penting mengingat masih tingginya persentase stunting di Indonesia.
Meskipun berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8% pada tahun 2018 menjadi 27,67% pada 2019.
Namun, angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pravalensi stunting dari WHO yaitu di bawah 20%.
Upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka stunting harus dilakukan dengan konsisten dan terukur.
Karena stunting berpotensi menurunkan daya saing SDM nasional.
"Bagaimana bisa bersaing di kancah global bila anak-anak kita secara fisik dan otak pertumbuhannya tidak sempurna karena generasi penerusnya kekurangan gizi dan stunting," ujarnya.
Lebih lanjut, Rerie menegaskan di masa pandemi ini kekurangan pasokan beras tidak bisa berharap sepenuhnya ditutupi impor dari negara lain.
Diversifikasi pangan lewat pengembangan potensi tanaman pangan lokal bisa digalakkan untuk menekan konsumsi beras di Tanah Air dan menambah pasokan gizi masyatakat.
Menurut anggota Komisi X DPR RI tersebut, ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu, sorgum, dan sejumlah sumber bahan pangan lokal lainnya cukup tersedia di sejumlah daerah dan mudah menanamnya.
Langkah pertama yang harus dilakukan, jelas Rerie, adalah melakukan pemetaan terkait potensi pangan lokal yang ada di sejumlah daerah di Nusantara.
Setelah itu, lakukan sosialisasi yang masif terkait sejumlah potensi pangan lokal tersebut, dengan tujuan agar seluruh lapisan masyarakat paham dan tergerak untuk membudidayakan dan mengonsumsi pangan lokal tersebut.
Langkah pemberian insentif berupa subsidi diperlukan agar masyarakat tergerak untuk membudidayakan sumber bahan pangan lokal dan segera bisa direalisasikan.
"Pemerintah bisa memanfaatkan partisipasi sejumlah komunitas, organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya untuk memasyarakatkan pangan lokal ini," jelasnya.
Baca: Waspadai Krisis Pangan, Fadel Dorong Penguatan Ketahanan Pangan Nasional
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyambut baik usulan tersebut.
Pihak Kementerian Pertanian, menurut Syahrul, bahkan sudah menyiapkan sejumlah bibit unggul tanaman pangan untuk segera didistribusikan kepada masyarakat.
Diketahui dalam diskusi tersebut Hadir juga sebagai panelis, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, anggota Komisi IV DPR RI Fraksi NasDem, Charles Meikyansah, Edi Santosa Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Bogor, dan Maria Loretha, pegiat pangan lokal NTT.