Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Tahapan dari Uji Klinis Vaksin: Di Masa Normal Butuh Waktu yang Sangat Panjang

Sebelum menempuh uji klinis fase tiga ini, produk vaksin virus corona Sinovac tersebut telah melawati proses yang panjang.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Mengenal Tahapan dari Uji Klinis Vaksin: Di Masa Normal Butuh Waktu yang Sangat Panjang
Fresh Daily
Ilustrasi vaksin virus corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Vaksin virus corona (Covid-19) buatan Sinovac Biotech akan mulai dilakukan di uji klinis tahap tiga pada Agustus 2020.

Uji Klinis tahap tiga akan dilakukan oleh Bio Farma bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad).

Lebih dari 1.600 relawan dibutuhkan sebagai subjek untuk menjalani uji klinis vaksin tahap tiga ini.

Namun sebenarnya apa perbedaan dari uji klinis tahap tiga dengan tahap satu dan dua, dan bagaimana tahapan selanjutnya setelah itu?

Kepala Divisi Surveilens dan Uji Klinis Bio Farma, Novilia S Bachtiar, mengatakan sebelum menempuh uji klinis fase tiga ini, produk tersebut telah melawati proses yang panjang.

Proses tersebut mulai dari uji laboratirum, serta uji klinis fase satu dan fase dua.

Langkah tersebut ditempuh untuk memastikan produk vaksin yang akan digunakan aman serta efektif untuk melindungi dari penyakit yang menular.

Berita Rekomendasi

"Jadi secara laboratorium kita harus bisa membuktikan bahwa produk ini aman untuk disuntikkan atau untuk diminum misalnya,"

"kemudian proses produksi produk ini harus tervalidasi mengikuti syarat-syarat cara produksi obat yang baik baru kita bisa melakukan uji pra klinik pada hewan," terang Novalia dalam Podcast yang disiarkan di kanal YouTube Bio Farma.

"Setelah ada hasil uji pra klinis dan hasilnya bagus, misalnya produknya aman diberikan, memberikan respon imun yang baik, kita bisa melangkah ke uji klinis fase satu," lanjutnya.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu hal yang wajib sifatnya dan harus mengedepankan standar good clinical practice.

Baca: Vaksin Covid-19 dari China Tengah Tahap Uji Klinis, Bio Farma Cari Relawan untuk Tes, Ini Syaratnya

Fase Satu

Pada uji klinis fase satu, produk vaksin akan diuji dengan melibatkan 20-50 orang.

Orang tersebut akan dipantau terkait efek yang ditimbulkan dari produk vaksin.

"Fokusnya pada fase satu ini adalah untuk memantau efek samping atau keamanan, tapi kita bisa juga memantau respon imunnya," kata dia.

Bila hasilnya baik, maka dapat melangkah ke fase kedua. Namun jika hasilnya tidak sesuai maka tidak bisa lanjut ke fase dua.

Harus dilakukan evaluasi kembali sampai menemukan masalahnya, lalu setelah itu proses fase satu akan diulang kembali.

"Nanti kalau sudah menemukan masalahnya, maka kita mulai kembali pada fase satu lagi," kata dia.

Baca: Banyak Versi Vaksin Covid-19 Bermunculan, Masyarakat Diimbau Sabar dan Ekstra Hati-hati

Fase Dua

Jika hasil fase satu telah sesuai, maka bisa berlanjut ke fase ke dua.

Di fase ke dua ini, peneliti sudah melakukan perhitungan tingkat imunogenisitas dari vaksin tersebut.

Imunogenisitas yakni kemampuan vaksin tersebut membentuk antibodi terhadap virus.

"Itu menggunakan rumus tertentu, biasanya jumlah subjeknya itu sekitar 100-500 tergantung poin dari penelitian tersebut," terangnya.

Pada fase ini, subjek akan dipantau bagaimana respon imun yang ditimbulkan oleh vaksin tersebut.

"Jadi nanti kita lihat akan diambil darahnya, kita lihat sebelum imunisasi bagaimana antibodi terhadap antigen yang ada di dalam vaksin tersebut, misalnya vaksin covid-19, sebelum imunisasi apakah ada terbentuk antibodinya, apakah naik (antibodinya) kalau sebelumnya sudah ada."

"Disitu kita sudah mulai mengevaluasi terbentuknya antibodi. Kalau tadinya subjeknya jumlahnya 500, dari jumlah tersebut berapa orang yang terbentuk antibodinya dengan baik," lanjutnya menerangkan.

Sampai dengan tahap dua ini, terkait keamanan atau tingkat safety dari produk vaksin juga masih tetap dipantau.

Novillia menjelaskan, pada setiap tahapan fase ini tingkat keamanannya akan selalu dipantau, perbedaannya hanyalah pada bagian fokus pengamatan.

Baca: Jokowi: Aura Krisis Kesehatan Harus Digaungkan Hingga Vaksin Covid-19 Tersedia

Fase Tiga

Pada uji klinis fase ketiga ini, masih akan tetap dilihat tingkat imunogenesitas dan keamanan dari vaksin.

Novilia mengatakan pada uji klinis fase ketiga ini ada kekhasan di dalamnya.

"Ada kekhasan fase tiga, kita melihat konsistensi, apakah ada variasi terhadap data klinis dari batch ke batch atau lot ke lot," terangnya.

Menurutnya, yang paling spesial di fase ketiga ini adalah adanya studi efikasi.

"Jadi kita mengamati subjek yang diimunisasi tersebut sekian bulan kedepan setelah di vaksin, dan kita memantau apakah dia terlindungi dari penyakit yang ingin kita cegah tersebut," terang dia.

Subjek yang terlibat dalam uji klinis fase tiga ini akan bertambah banyak dari fase sebelumnya.

"Itu berfasiasi (jumlah subjek), tergantung end poinnya, biasanya antara 700-3000 atau bahkan untuk vaksin-vaksin yang sangat baru itu bisa diatas 8.000 subjek," terangnya.

Pemantauan ini dilakukan pada subjek dari waktu ke waktu selama beberapa bulan.

Setelah hasilnya keluar dan sesuai yang diharapkan maka bisa berlanjut ke tahap selanjutnya.

Namun demikian, jika hasil tak sesuai maka perlu dievaluasi dan setelah itu kembali diulangi dengan tahap tiga lagi.

Baca: Vaksin Pertama Covid-19 Diperkirakan Paling Cepat Digunakan Awal 2021

Setelah Fase Tiga

Lantas setelah fase tiga berhasil apakah vaksin bisa langsung diproduksi?

Novillia menerangkan produksi vaksin dengan uji klinis adalah hal yang lain lagi.

Ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan sebelum memulai produksi vaksin.

"Dari sisi produksinya banyak hal-hal yang juga harus terpenuhi, bagaimana dengan proses produksinya, pengujian mutunya, apakah pengujian mutunya bisa divalidasi, itu yang menentukan produk tersebut bisa diproduksi secara rutin," kata dia.

Sebelum diproduksi, produk tersebut juga harus terlebih dulu didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Ketika mau mendaftarkan produk ini, meregistrasikan produk ini ke badan POM kita memasukkan berkas uji klinisnya dan berkas dari produksinya," jelas dia.

Baca: Soal Vaksin Corona, Anggota DPR Khawatir Akan Dijadikan Bisnis Pemerintah Indonesia dan China

Lamanya Uji Klinis

Waktu yang diperlukan pada tiap fase uji klinis juga berbeda, sebab menyangkut jumlah subjek yang terlibat.

Selain itu, jumlah suntikan atau dosis yang diberikan pada subjek juga berpengaruh pada lamanya uji klinis.

Misalnya, pada vaksin tifoid hanya memerlukan satu kali suntikan sehingga lebih cepat proses uji klinisnya.

Berbeda dengan vaksin yang berbasis DPT, seperti Pentavalen yang memerlukan tiga kali dosis, itu akan lebih lama.

"Karena satu orang akan menerima tiga suntikan dengan jarak satu bulan," sambung Novilia.

Beda pula dengan vaksin campak yang memerlukan satu kali suntikan.

Baca: Berapa Lama Vaksin Corona Bisa Digunakan di Indonesia, Ini Penjelasan Jubir Satgas Covid-19

Namun rata-rata di masa normal atau tidak dalam waktu pandemi, pada fase satu, uji klinis dapat berlangsung antara 6-8 bulan pada fase satu.

Kemudian fase kedua berkisar 8 hingga 1,5 tahun dan fase ketiga bergantung jumlah subjeknya bisa mencapai 1-3 tahun.

Namun demikian, di masa pandemi waktu untuk uji klinis tersebut dapat berjalan lebih pendek.

Hal ini larena adanya akselerasi yang dilakukan mengingat vaksin sangat dibutuhkan dan berkejaran dengan virus yang semakin menyebar.

Akselerasi yang dimaksud untuk dapat melangkah ke tahap fase berikutnya bisa dilakukan tanpa harus menunggu semua proses selesai.

"Misalnya, kalau kita melakukan fase satu, tidak harus selesai dulu fase satu baru mulai fase dulu,"

"Kalau ini bisa mulai dulu fase satu, kemudian setengah jalan kita bisa masuk ke fase dua,"

"Jadi memang ada overlaping, itu tergantung kebijakan regulasi di masing-masing negara," terang Novilia.

Baca: Bill Gates Umumkan Perusahaan Farmasi Korsel Siap Produksi 200 Juta Vaksin Corona pada Juni 2021

Jika harus menunggu semua proses benar-benar selesai maka waktu yang diperlukan akan sangat lama sekali, padahal disisi lain pandemi harus segera dihentikan.

Namun demikian, meski di masa pandemi, pengujian klinis ini akan tetap berpegang pada pada tingkat keamanan standar dari uji klinis.

"Tetapi kita harus mengimplemantasikan semua prinsip-prinsip good clinical practice dalam uji klinik tersebut."

"Meskipun di masa pandemi kita tak boleh meringankan atau mengurangi standar dari good clinical practice dalam uji klinis," jelasnya.

Untuk informasi, uji klinis fase tiga untuk vaksin Sinovac ini ditargetkan akan selesai pada Januari 2021 dan setelahnya akan mulai diproduksi.

(Tribunnews.com/Tio)
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas