Orang Tua ABK yang Hilang dari Kapal Fu Yuan Yu 1218 Minta Tangguh Jawab Pemerintah
Basrizal mengatakan Aditya masih tak diketahui keberadaannya setelah diduga meloncat ke perairan Malaysia dari kapal tersebut.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat bulan sudah Basrizal terus mencari kejelasan akan nasib putranya yang bernama Aditya Sebastian. Aditya diketahui bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di Kapal Fu Yuan Yu 1218.
Namun, Basrizal mengatakan Aditya masih tak diketahui keberadaannya setelah diduga meloncat ke perairan Malaysia dari kapal tersebut.
Basrizal awalnya bercerita bahwa putranya berangkat melalui agensi perusahaan PT Mandiri Tunggal Bahari pada 30 September 2019.
Kepada dirinya, Aditya mengaku tak betah bekerja di Kapal Fu Yuan Yu 1218 meski belum lama bekerja. Perlakuan awak kapal dikatakan membuat Aditya tak nyaman.
Baca: Diancam Sanksi, Denda hingga Penahanan Dokumen Jadikan ABK Long Xing 629 Enggan Melawan
Keinginan Aditya beserta kawan-kawannya sesama ABK WNI untuk pulang ditolak dan terganjal karena penahanan dokumen dari awak petinggi kapal.
"Pada 4 April, dia (Aditya) cerita tidak betah di atas kapal, karena perlakuan tidak nyaman, tidak bisa lagi katanya. Anak saya nggak mau cerita semuanya, dia nggak nyaman."
Baca: ABK Long Xing 629 Ungkap Eksploitasi Selama Melaut: Makanan Kedaluwarsa dan Minum Air Laut
"Anak saya dan teman-temannya minta pulang tapi tidak dibolehkan, tidak dikasih visa, paspor," ujar Basrizal, dalam webinar 'Pencarian Keadilan Korban Perdagangan Orang di Kapal Ikan Asing', Selasa (28/7/2020).
Tiga hari berselang setelah Aditya bercerita kepadanya, Basrizal mengatakan para ABK WNI yang berjumlah enam orang terlibat perkelahian dengan petinggi awak kapal dari China.
Masalah tersebut, kata dia, yang membuat anaknya dan kawan-kawannya memutuskan loncat dari kapal ke laut. Namun hanya empat orang yang ditemukan. Dua orang termasuk Aditya belum diketemukan hingga sekarang.
"Perkelahian itu mengakibatkan anak saya dan teman-temannya loncat ke laut. Akibatnya empat orang selamat, dua orang termasuk anak saya dan putra dari Sukabumi, belum diketemukan sampai sekarang," jelasnya seraya mulai menangis.
Tangis Basrizal kian pecah mengingat sudah empat bulan lamanya tidak ada kepastian mengenai keberadaan anaknya.
Upaya pun sudah dilakukan Basrizal dengan berkirim surat dan melaporkan hal tersebut kepada Kapolri dan Komnas HAM. Dia meminta agar pihak pemerintah memberi kejelasan dan hak-hak anaknya.
"Saya sudah lapor Kapolri, Komnas HAM, ini surat-surat saya ke Polri," kata Basrizal sambil menunjukkan surat tersebut.
"Belum ada kejelasan tentang anak saya. Sekarang pinta saya terkait pihak-pihak pemerintah untuk memberikan kejelasan dan hak-hak anak saya. Itu yang saya pinta ke pemerintah, tolong beri kejelasan dan hak anak saya, saya tidak bisa omong apa-apa lagi, sudah 4 bulan," ungkapnya.
Permintaan Basrizal kepada pemerintah untuk memberi kejelasan diucapkan berkali-kali sambil menangis. Di akhir, dia berharap anaknya bisa kembali dalam keadaan selamat.
"Dia (Aditya) berangkat dalam keadaan selamat, kembali juga lah anak saya dalam keadaan selamat. Saya menangis setiap hari, tidak bisa beraktivitas," tandas Basrizal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.