Cuitan Fadli Zon soal MAKI Sebut Komjen Listyo Sigit Layak jadi Kapolri karena Tangkap Djoko Tjandra
Pertanyaan Boyamin Saiman soal Komjen Listyo Sigit Layak jadi Kapolri ditanggapi Fadli Zon hingga pengamat politik Univ Paramadina Hendri Satrio.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Akhirnya cerita pelarian buronan korupsi Djoko Tjandra berakhir, ia telah tertangkap di Malaysia.
Terpidana kasus cessie Bank Bali ini akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada Kamis (30/7/2020).
Djoko Tjandra di Bandara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 23.00 WIB.
Rupanya, kasus penangkapan Djoko Tjandra yang menjadi buron 11 tahun ini ada peran serta Kabareskrim Polri, Komjen Listyo Sigit Prabowo.
Diketahui, Komjen Listyo Sigit berani menetapkan anak buahnya di Bareskrim Polri, yakni Brigjen Prasetijo Utomo sebagai tersangka.
Brigjen Prasetijo Utomo terlibat membantu pelarian Djoko Tjandra, termasuk mencoba menghalang-halangi penyelesaian kasus.
Adanya hal tersebut tak luput dari pengamatan Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesi (MAKI), Boyamin Saiman.
Baca: Sebut Djoko Tjandra Licik, Kapolri Jelaskan Kronologis Akhir Pelarian Buronan Korupsi di Malaysia
Baca: Kejaksaan Agung: Djoko Tjandra Masih Diproses di Bareskrim Polri
"Saya mengatakan dia (Kabareskrim) layak menjadi Kapolri,” kata Boyamin Saiman, dilansir Kompas TV.
Boyamin menjelaskan, kasus pelarian Djoko Tjandra yang melibatkan pejabat di Bareskrim disebut-sebut untuk menghantam Kabareskrim karena persaingan untuk jabatan Kapolri.
“Saya fair saja, jika kasus ini dijadikan untuk menghantam Kabareskrim jadi Kapolri, saya mengatakan sebaliknya, dia layak jadi Kapolri,” ujar Boyamin.
Ditanggapi Fadli Zon hingga Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio
Pernyataan Boyamin Saiman yang mengungkap Komjen Listyo Sigit layak jadi Kapolri tersebut ditanggapi oleh Fadli Zon.
Lewat cuitannya politikus Partai Gerindra itu memberikan tanggapan berupa pertanyaan.
"O ingin jadi Kapolri?" tulisnya dalam cuitan, Jumat (31/7/2020).
Tidak hanya Fadli Zon, rupanya Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, juga memberikan tanggapan melalui Twitternya.
Pihaknya mengatakan soal prestasi dan kewajiban.
"Mohon bisa dibedakan antara Prestasi dan Kewajiban! #Hensat," tulisnya, Jumat.
Seperti diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Kepolisian RI berhasil menangkap buronan pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Djoko Tjandra, Kamis (30/7/2020) malam.
Dalam penangkapannya, Djoko Tjandra dijemput langsung oleh Kabareskrim Polri, Komjen Listyo Sigit Prabowo, dari Malaysia ke Indonesia.
Baca: Yasonna: Penangkapan Djoko Tjandra Momentum Kembalikan Kepercayaan Publik Pada Aparat Penegak Hukum
Mengutip keterangan yang disampaikan Listyo Sigit, penangkapan Djoko Tjandra adalah instruksi langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Kapolri Jenderal Idham Aziz.
Kemudian Kapolri Idham Aziz membentuk tim khusus yang dipimpin Listyo Sigit untuk menangkap Djoko Tjandra.
Polri lantas mencari informasi tentang keberadaan Djoko Tjandra yang ternyata berada di Malaysia.
Setelah melakukan tindakan proses police to police (dengan kepolisian Diraja Malaysia), polisi dapat mengendus keberadaan Djoko Tjandra.
Begitu mendapat kepastian, Djoko Tjandra ada di Kuala Lumpur, Listyo Sigit berangkat dan menangkap buronan kelas kakap tersebut.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Sri Juliati ) (Kompas TV)