Polemik Pernyataan Puan Soal Sumbar, Ketum IPPMI: Selesaikan Lewat Dialog
Rafik pun memgimbau agar persoalan ini diselesaikan sesuai nilai-nilai kearifan masyarakat Minang
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani tentang Pancasila dan Sumatera Barat (Sumbar) dinilai harus dimaknai sebagai otokritik sesama urang awak.
Terminologi urang awak dipakai karena darah minang mengalir di tubuh Megawati dan Puan Maharani.
Demikian pernyataan ini disampaikan Ketua Umum Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia (IPPMI) M Rafik Perkasa Alamsyah.
Ia menjelaskan, Fatmawati, ibunda dari Megawati Soekarnoputri adalah anak Hasan Din dan Siti Chadijah yang merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca: Ucapan Puan soal Sumatera Barat: Tokoh Minang Sebut Keseleo Lidah, Pakar Katakan Introspeksi
Darah Minang itu makin kental di tubuh Puan Maharani karena ayahnya Taufik Kiemas, juga berdarah Minang bahkan bergelar adat, Datuk Basa Batuah dari Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah Datar.
"Bundo Megawati dan Uni Puan bukanlah orang lain bagi masyarakat Minang sehingga otokritik yang disampaikan diselesaikan sesuai dengan nilai-nilai kearifan budaya Minang," kata Rafik
Menurut Rafik, unsur tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin beserta bundo kanduang di Sumatera Barat, selayaknya segera mengajak Puan berdialog. Sebab pernyataan Puan tentang Pancasila dan Sumatera Barat rawan dijadikan komoditas politik jelang pelaksanaan Pilkada serentak 2020.
Baca: Beda dengan Jakarta, Kota Bekasi Belum Putuskan PSBB Total
Rafik pun memgimbau agar persoalan ini diselesaikan sesuai nilai-nilai kearifan masyarakat Minang.
"Jika mereka menyimpulkan sesuatu yang berbeda dengan pandangan umum masyarakat Sumatera Barat, maka ajaran Islam yang dianut masyarakat Minang memerintahkan kita untuk ber-tabayun,” kata Rafik.
"Mari ajak dunsanak kita itu berdialog dalam biliak ketek dan begitu nilai-nilai adat Minang mengajarkan,” imbuhnya.