Ada Lima Bentuk Diskriminasi Gender yang Disebut Rugikan Perempuan, Ini Rinciannya
Perempuan masih terbatas aksesnya pada layanan dan perlindungan sosial serta rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peran perempuan dalam tatanan keluarga maupun masyarakat memiliki pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Bank Dunia menyebutkan, terdapat korelasi setara antara tingkat pendidikan dan kesehatan perempuan terhadap kualitas hidup anak yang dihasilkannya.
Namun diskriminasi terhadap perempuan masih kerap terjadi di Indonesia. Perempuan masih terbatas aksesnya pada layanan dan perlindungan sosial serta rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi.
"Sudah saatnya menguatkan kepemimpinan perempuan menjadi penting," kata Kate Shanahan, Team Leader Program Kemitraan Australia – Indonesia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (MAMPU) dalam keterangan persnya, Jumat (11/10/2020).
Ia menyatakan, ada lima bentuk ketidaksetaraan gender yang terjadi.
Baca: KPPU Denda Grab Rp 29,5 Miliar di Kasus Dugaan Diskriminasi Mitra Pengemudi
Yakni, stereotip terhadap perempuan, beban ganda, marginalisasi ekonomi akibat konstruksi gender, subordinasi yang menganggap perempuan berkedudukan lebih rendah dibandingkan laki-laki, serta kekerasan terhadap perempuan yang terus meningkat.
Baca: Bagaimana Situasi Warga Kulit Hitam di Jerman Terkait Isu Rasisme dan Diskriminasi?
Untuk itu, kepemimpinan perempuan tidak hanya menjadi penting dalam upaya mendorong kesetaraan gender di tatanan masyarakat Indonesia, tetapi juga membuka lebih banyak akses bagi seluruh perempuan Indonesia.
"Sehingga mampu menciptakan perubahan tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi bagi sesama perempuan dan masyarakat di sekitarnya," katanya.
MAMPU mengajak semua #PerempuanMAMPU mendukung #MajuPemimpinPEREMPUAN sehingga saatnya perempuan maju, lebih berperan dan memimpin.
Melalui kampanye digital #MajuPemimpinPEREMPUAN, perjalanan dan hasil perjuangan para pemimpin perempuan akar rumput dirangkum dan diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak #PerempuanMAMPU lainnya.
"Sehingga dapat memimpin perubahan dan terus bersama-sama melanjutkan perjuangan, serta bahu-membahu menciptakan keadilan dan kesejahteraan di sekitarnya.” Ungkap Kate Shanahan.
Dalam 8 tahun mendampingi perempuan Indonesia, MAMPU bersama mitranya, Institut KAPAL Perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dan Yayasan Pekka mengajak lebih banyak perempuan Indonesia berkarya dan menguatkan kepemimpinan perempuan melalui tagar #MajuPemimpinPEREMPUAN yang digunakan pada akun media sosial Facebook “Maju Pemimpin Perempuan” dan Instagram @MajuPemimpinPerempuan.
Selain Facebook dan Instagram berbagai kelas akan diselenggarakan melalui media sosial Whatsapp serta lokakarya daring yang diselenggarakan melalui webinar Zoom dan akan turut diramaikan oleh ahli serta pegiat di berbagai bidang.
Beberapa contoh kelas yang diadakan mengangkat topik keamanan digital dan kekerasan berbasis gender online (KBGO), literasi keuangan, hingga kelas bercocok tanam untuk pengembangan kebun keluarga.
Kampanye #MajuPemimpinPEREMPUAN sedang berlangsung sepanjang Agustus – September 2020 dan diperkirakan dapat melibatkan lebih dari 3.500 perempuan akar rumput yang tinggal di lebih dari 500 desa, di 67 kabupaten/kota yang tersebar di 23 provinsi Indonesia.
MAMPU adalah program inisiatif bersama antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia. Program ini mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Caranya membangun kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan, sehingga akses perempuan terhadap pelayanan dasar dan program pemerintah meningkat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.