Gerakan Pemuda Masa Kini Diharapkan Miliki Kecerdasan Sejarah
Selain itu, perkembangan teknologi juga menuntut gerakan mahasiswa yang lebih efisien dan fleksibel.
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakan mahasiswa saat ini dinilai membutuhkan imajinasi yang baru.
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko berharap mahasiswa tak terjebak nostalgia masa lalu dan harus menyongsong masa depan yang cerah.
Menurut aktivis gerakan mahasiswa 1998 ini, anak muda khususnya mahasiswa bisa terjebak nostalgia cerita masa lalu karena ketidakpuasan dan kegelisahan masa kini.
Baca: Pentingnya Blockchain dan Internet of Me di Era Politik Digital Berbasis Data
"Anak muda selalu tidak puas dengan masa kini. Ada yang ingin kembali ke 20-100 tahun ke belakang. Anak muda harus songsong masa depan," kata Budiman dalam Webinar 'Mendambakan Gerakan Baru' dalam Pekan Raya Nasional Mahasiswa yang digelar oleh ID Next Leader, Senin (14/9/2020)
Penggagas Undang-Undang Desa ini juga mengajak mahasiswa jangan sampai salah sisi sejarah.
Menurutnya, pilhannya cuma dua yakni kembali ke masa lalu atau songsong masa depan. Ia lantas mengajak mahasiswa berpikir ke masa depan karena pasti masa depan akan datang.
"Anak muda harus punya Kecerdasan Sejarah supaya tak ada di sisi salah sejarah," katanya.
Baca: Budiman Sudjatmiko Tantang Pelajar Indonesia di Luar Negeri Kembali ke Desa
Budiman memperkenalkan konsep Trisakti ABC, dengan merujuk pada konsepsi Trisakti Bung Karno.
Ia menjelaskan bahwa konsep Trisakti ABC mencakup tiga ide penting yang terdiri atas 3A (alami, asasi, abadi), 3B (berdana, berdata, berdaya), dan 3C (cinta, cita, cipta).
Ia menjelaskan 3A terkait dengan gerakan selaras dengan alam, pemerataan akses ekonomi, dan keberlanjutan.
Sedangkan 3B terkait dengan penghasilan masyarakat yang mencukupi, terjaminnya hak atas data, dan akses pengembangan diri.
Sedangkan 3C berhubungan dengan kemunculan generasi kaya ide-ide futuristik dan kemampuan menciptakan inovasi yang dipersembahkan kepada masyarakat luas.
Terkait cinta, cita, dan cipta, ia mengatakan generasi muda harus mencintai apa yang dilakukan mereka saat ini untuk menggapai cita dan memunculkan karya atau cipta.
Selain itu, perkembangan teknologi juga menuntut gerakan mahasiswa yang lebih efisien dan fleksibel.
Gerakan mahasiswa harus berdampingan dengan kemajuan teknologi.
Ia mencontohkan kalau dulu sikap politik seseorang harus disuarakan lewat cara-cara konvensional melalui tulisan, poster, bahkan aksi demonstrasi. Kini semua itu sudah diganti dengan teknologi digital.
"Sekarang cukup posting status, bikin thread, atau status di media sosial untuk tahu sikap politik seseorang," lanjutnya.
Lulusan Clare Hall, University of Cambridge ini juga menegaskan gerakan mahasiswa harus dapat menghidupi diri dan organisasinya, menjaga haknya atas data yang dimiliki dan mempunyai semangat memperjuangkan pengembangan diri untuk berdaya.
"Gerakan mahasiswa harus mengambil peran penting dalam kerja mewujudkan tatanan yang harmoni antara manusia dengan ekologi berbasis teknologi," ucapnya.