Merasa Gagal Mengurus Partai Gerindra, Arief Poyuono Pasrah Bila Tidak Jadi Pengurus Lagi
Arief Poyuono mengisi posisi jabatan di kepengurusan Partai Gerindra sejak tahun 2008-2020.
Editor: Johnson Simanjuntak
Arief Poyuono mengatakan, kekalahan Prabowo Subianto pada Pilpres 2014 dan 2019 disebabkan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu yang kerap dikaitkan dengan sosok Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Sebagaimana telah terjadi, pada pilpres dan pemilu tahun 2014 dan 2019, isu terkait kasus penculikan dan pembunuhan aktivis 1998 berhembus kencang. Lalu juga kerusuhan Mei, yang disebut-sebut didalangi oleh Prabowo Subianto.
"Ada juga fitnah bahwa dia adalah pelaku utama kerusuhan Mei, terus dia dituding melakukan kejahatan-kejahatan yang sampai saat ini masih simpang siur, apakah dia pelaku penculikan dan pembunuhan para aktivis, kan belum ada pengadilannya," ucap dia.
"Setiap pemilu, setiap pilpres, selalu dibuka kasus penculikan, kasus kerusuhan Mei, bahwa diduga dalangnya Prabowo," katanya lagi.
Menurut Arief Poyuono, satu-satunya jalan bagi Prabowo Subianto untuk memenangkan pilpres 2024 yakni membebaskan dirinya dari jeratan kasus HAM masa lalu ini. Harus ada keputusan hukum yang tetap, yang menyatakan apakah Prabowo terlibat atau tidak di dalam pembunuhan dan penculikan aktivis, dan juga kerusuhan Mei.
"Karena itu saya sangat berharap bahwa dari trah keluarga Prabowo itu lahir pemimpin seperti Sara yang nantinya akan memimpin Partai Gerindra ke depan dan menjadi partai yang kuat, sangat maju," katanya.
"Kalau saya sendiri awalnya memang seorang pekerja. Artinya saya akan kembali ke situ lagi," sambung Arief Poyuono.