Transkrip Lengkap Pidato Presiden Jokowi di Sidang Umum Ke-75 PBB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato perdananya dalam Sidang Majelis Umum ke 75 PBB secara virtual
Penulis: Yulis
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato perdananya dalam Sidang Majelis Umum ke 75 PBB secara virtual, Rabu (23/9/2020).
Selain berbicara soal vaksin virus Covid-19, Presiden Jokowi juga berbicara soal rivalitas antaranegara dan pentingnya kerja sama dalam penanganan Covid-19.
Baca: Presiden Jokowi Dorong PBB Perkuat Kerja Sama dalam Penanganan Covid-19
Baca: Pidato di Sidang PBB, Jokowi Serukan soal Akses yang Setara terhadap Vaksin Virus Corona
Baca: Pidato Perdana di Sidang Umum PBB, Jokowi Singgung Adanya Rivalitas Negara di Tengah Pandemi
Berikut transkrip pidato Presiden Jokowi pada Sidang Majelis Umum ke 75 PBB
Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara Anggota PBB
Tahun ini, genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II, tidak terulang kembali. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera. Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Pimpinan Sidang yang terhormat,
Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita akan sama, Belum.
Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.
Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi covid-19 ini.
Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerja sama melawan pandemi yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.
Padahal kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win, pola hubungan antar negara yang saling menguntungkan.
Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan, maupun sosial ekonomi. Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is.
Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.
Yang Mulia,
Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun. Sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi.
Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridge builder, sebagai bagian dari solusi.
Secara konsisten, komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia, spirit yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no country should be left behind.