BSSN Prediksi Jumlah IoT Akan Lebih Banyak Dibanding Smartphone yang Terkoneksi di 2021
Secara sederhana, IoT bisa dipahami sebagai sebuah konsep ketika segala rupa perangkat yang terkoneksi dengan internet terhubung satu sama lain.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Anton Setiyawan mengungkap perkembangan Internet of Thing (IoT) di 2021 akan semakin meluas.
Secara sederhana, IoT bisa dipahami sebagai sebuah konsep ketika segala rupa perangkat yang terkoneksi dengan internet terhubung satu sama lain.
Baca: Huawei TechDay Dorong Penguatan Kompetensi SDM Digital Lewat Pelatihan di 33 Perguruan Tinggi
Anton memperkirakan pada 2021 jumlah perangkat yang terkoneksi atau IoT akan lebih banyak daripada jumlah smartphone yang terkoneksi.
"Mengenai perkembangan IoT, ini pada tahun 2014 diperkirakan 16 miliar perangkat yang terkoneksi dan diperkirakan tahun 2021 itu 28 miliar. Tetapi saya cek tadi pagi, itu di 2020 sudah 31 miliar perangkat," ujar Anton, dalam acara BSSN-Huawei Cyber Scout Hunt dengan tema 'Cybersecurity for IoT', Kamis (1/10/2020).
"Jadi sudah jauh perkembangannya termasuk di Indonesia. Bahkan nanti diperkirakan di 2021 itu jumlah perangkat yang terkoneksi ke internet atau IoT lebih banyak daripada jumlah smartphone yang terkoneksi. Itulah kemudian perkembangannya, termasuk di Indonesia sendiri begitu masif," imbuhnya.
Anton menceritakan bahwa IoT sendiri mulai marak di Indonesia di tahun 2018 dengan beragam eprnahkat seperti smartwatch.
Namun, penggunaannya mulai meluas seiring perkembangan smartcity. Perkembangan smartcity membuat dibanding smartlight.
Selain itu, IoT pun masuk ke dalam sektor kesehatan seperti alat pacu jantung, alat memonitor tekanan darah, hingga memasuki sektor militer seperti drone.
Baca: Ancaman Keamanan Ruang Siber di Tengah Kemajuan Konektivitas Global Jadi Bahan Diskusi Telin-BSSN
Lantas, bagaimana kesiapan Indonesia menghadapi semua itu?
Anton mengatakan semuanya berkaitan dengan industri. Karena dahulu industri dikendalikan secara manual, namun sekarang mengalami perubahan.
"Kalau dulu turbin mau dihidupkan ya dipencet, diputar atau ditarik tuasnya. Sekarang dengan berpadunya konvergensi antara IoT dan IT semua bisa dilakukan dengan dari jauh, remote digital dan dikontrol dari jauh," kata dia.
Hal ini, kata dia, menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Karena di satu sisi, teknologinya sudah tersedia, akan tetapi siapkah bangsa Indonesia mengawaki teknologi itu?
"Jadi kita kembali kepada SDM. Seperti disampaikan bapak Presiden untuk memperkuat SDM. BSSN saat ini juga sedang membangun standar kompetensi nasional Indonesia bidang keamanan siber, itu untuk mendukung tadi. Dimana industrinya sudah siap, masyarakatnya juga harus siap, yang mengawaki teknologi ini juga harus siap," tandasnya.