Profil Ryamizard Ryacudu Mantan Menhan dan Pangkostrad, Disebut Layak Jadi 'Bapak Bela Negara'
Mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Ryamizard Ryacudu menjadi sorotan belakangan ini
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Ryamizard Ryacudu menjadi sorotan belakangan ini.
Apalagi saat dirinya dinilai layak menyandang predikat 'Bapak Bela Negara'.
Seperti yang dikabarkan sebelumnya, Ketua Forum Rekat Anak Bangsa Eka Gumilar mengatakan Ryamizard memiliki jiwa patriotik dan berupaya mempersatukan anak bangsa.
"Beliau (Ryamizard) ini kan tokoh yang bisa diterima semua golongan dan kelompok, memiliki jiwa patriotik sejati dan selalu berkeinginan mempersatukan anak bangsa. Pantaslah beliau ini kita sebut sebagai Bapak bela negara," ujar Eka, dalam keterangannya, Kamis (1/10/2020).
Lalu bagaimana sepak terjang Ryamizard Ryacudu?
Baca: Sandiaga Uno, Dulu Rival Jokowi di Pilpres 2019, Kini Jadi Juru Kampanye Putra-Menantu sang Presiden
Profil Ryamizard Ryacudu
Dikutip dari TribunnewsWiki.com, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu merupakan Menteri Pertahanan Indonesia dalam Kabinet kerja 2014-2019.
Lahir di Palembang pada 21 April 1950 dan merupakan anak dari perwira tinggi Angkatan Darat Mayjen TNI Musannif Ryacudu, anggota TNI AD yang dekat dengan Presiden Soekarno.
Ryamizard Ryacudu menjalani masa kecil di Kalimantan dan Jakarta.
Kemudian masuk sekolah militer AKABRI di Magaleng dan lulus pada 1974.
Pada usia 24 tahun, Ryamizard bergelar letnan dua infanteri.
Ketika di AKABRI, Ryamizard Ryacudu diketahui merupakan kawan dari Prabowo Subianto.
Ryamizard Ryacudu dan Prabowo bahkan pernah membolos bersama dan pergi ke Jakarta.
Aksi mereka kemudian ketahuan oleh Gubernur Akabri.
Ryamizard Ryacudu menikah dengan Nora Ryamizard Ryacudu yang merupakan putri mantan Wakil Presiden, Jenderal TNI Try Sutrisno.
Baca: Jokowi Terbitkan Peraturan Presiden, Gaji PPPK Jadi Setara PNS
Rekam jejak
Jenjang karier Ryamizard Ryacudu dilalui selama periode 1974-1995 sebagai Komandan Peleton, Komandan Kompi, Wadanyonif Linud 305/Kostrad, Danyonif Linud 305/Kostrad dan Dan Brigif Linud 17/Kostrad.
Pada 1995-1997, Ryamizard Ryacudu menjabat sebagai Asisten Operasi Kodam Wirabuana dan selanjutnya diangkat sebagai Komandan Korem 044/Gapo di Kodam Sriwijaya.
Karier sebagai perwira tinggi dimulai ketika diangkat sebagai Kepala Staf Divisi 2/Kostrad tahun 1997 dilanjutkan sebagai Kepala Staf Kodam Sriwijaya.
Tahun 1998-2000 berbagai jabatan strategis militer disandang mulai dari Panglima Divisi 2/Kostrad, Kepala Staf Kostrad, Pangdam Brawijaya, Pangdam Jaya dan Pangkostrad.
Selanjutnya Ryamizard diangkat sebagai Kepala Staf TNI AD tahun 2002 hingga 2005.
Pada 2004, di akhir masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri, Ryamizard Ryacudu pernah dicalonkan sebagai Panglima TNI.
Namun, nama Marsekal Djoko Suyanto yang akhirnya dipilih oleh presiden terpilih Susilo Bambang Yudhono.
Ryamizard Ryacudu juga diketahui merupakan penulis buku berjudul ‘Perang Modern’ dan juga berkontribusi dalam penulisan buku ‘Indonesia Baru dan Tantangan TNI’.
Jejak Karier
- Komandan Kompi Pelajar
- Komando Takalar Kalimantan Timur (1976)
- Komandan Kompi Pelajar
- Komando Pendidikan (Dodik)
- Kodam XII/Tanjungpura (1976)
- Komandan Peleton Kodam XII/Tanjungpura (1976)
- Komandan Kompi Secaba, Dodik, Kodam XII/Tanjungpura (1977 – 1977)
- Komandan Batalyon 641 dan 642, Kodam XII/Tanjungpura (1980)
- Kepala Seksi-2/Opersasi Yonif 641 (1982 – 1982)
- Kepala Seksi Operasi Linud Brigif 17 Kujang (1987)
- Wakil Danyon 305 Tengkorak Kujang Kostrad (1988 – 1988)
- Danyon Linud 305 Tengkorak Kujang (1990 - 1990)
- Kepala Staf Brigif 17 Kujang I Kostrad (1991 – 1991)
- Komandan Kontingen Garuda XII-B (1992 – 1992)
- Komandan Sektor 5 Barat, Kamboja (1992 – 1992)
- Dipercaya oleh Pasukan PBB di Kamboja (UNTAC)
- Komandan Brigade Infanteri 17 Ku (1994 – 994)
- Asisten Operasi Kodam VII/Wirabu (1995 – 1995)
- Danrem 044 Garuda Dempo Kodam II (1995 – 1995)
- Kepala Staf Divisi II Kostrad (1996 – 1996)
- Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya (1997 – 1997)
- Panglima Divisi II Kostrad, Jawa (1998 – 1998)
- Kepala Staf Kostrad (1998 – 1998)
- Pangdam V/Brawijaya (1999 – 1999)
- Pangdam Jaya (1999 – 2000)
- Pangkostrad (2000 – 2002)
- KSAD (2002 – 2004)
- Menteri Pertahanan dan Keamanan (2014 – 2019)
Penghargaan
- Satya Lencana Garuda XII/Santi D
- Satya Lencana Seroja
- Satya Lencana Dwidyasistha
- Satya Lencana Kesetiaan VIII
- Medali PBB PBB
- Satya Lencana Kesetiaan XVI
- Kartika Eka Paksi Nararya III
- Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun
- Kartika Eka Paksi Pratama
- Yudha Dharma Nararya
- Bintang Dharma
- Yudha Dharma Pratama
Disebut Layak Menyandang 'Bapak Bela Negara'
Sementara diberitakan Tribunnews.com, Mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Ryamizard Ryacudu dinilai layak menyandang predikat 'Bapak Bela Negara'.
Ketua Forum Rekat Anak Bangsa Eka Gumilar mengatakan Ryamizard memiliki jiwa patriotik dan berupaya mempersatukan anak bangsa.
"Beliau (Ryamizard) ini kan tokoh yang bisa diterima semua golongan dan kelompok, memiliki jiwa patriotik sejati dan selalu berkeinginan mempersatukan anak bangsa. Pantaslah beliau ini kita sebut sebagai Bapak bela negara," ujar Eka, dalam keterangannya, Kamis (1/10/2020).
Baca: Jubir Menhan: RI Tak Akan Terlibat Aliansi Militer dengan Pihak yang Berkonflik di LCS
Menurut Eka, Ryamizard memiliki prestasi dan kontribusi terhadap negara cukup signifikan. Meski begitu, figur mantan Kepala Staf TNI AD (KSAD) itu tetap low profile dan mampu merangkul semua golongan.
"Pendekatan kekeluargaan dan silaturahmi adalah kunci beliau dalam merangkul para tokoh anak bangsa semua golongan. Walau terkenal sebagai Jenderal tempur, karena 14 tahun waktu beliau dihabiskan di lapangan bersama prajurit, tapi beliau memiliki kerendahan hati, tidak sombong dan argogan," katanya.
Eka menegaskan pihaknya akan mengundang Ryamizard dalam focus group discussion bertajuk 'Doa dan Harapan Untuk Negeri' yang membahas problematika bangsa. Nantinya hasil FGD itu akan diserahkan kepada pemerintah.
"Sewajarnya kita meminta pendapat para tokoh agama dan masyarakat untuk bisa kita berikan rekomendasi kepada pemerintah. Selama ini kita sering mengkritisi pemerintah, sudah sepatutnya juga kita memberikan saran dan solusi," tandasnya.
(Tribunnews.com/ Chrysna, Vincentius Jyestha)(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.