Sersan Mayor Maksum Qori Terbaik di Satuan Kopassus: Naik Haji dan Umrah Gratis karena Hidayah Allah
Maksum menceritakan, tokoh inspirasinya dalam berkarya untuk agama Islam adalah sosok Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sersan Mayor Maksum bersyukur bisa menjadi satu-satunya qori terbaik di satuan Kopassus. Lewat kemampuan membaca Alquran, Maksum bahkan berkesempatan menunaikan ibadah haji dan umrah secara gratis.
Ibadah haji dan umrah gratis itu diberikan oleh Satuan Kopassus untuk Maksum karena keahliannya dalam membaca quran.
"Naik haji pada tahun 2011 dan umrah 2019, semua ini karena hidayah Allah ini, tilawatil Quran. Saya haji gratis dari dinas, umrah gratis, dilihat dari kemampuan di bidang tilawatil Quran," ucap Maksum kepada Tribun Network di kantornya, Senin (5/10/2020).
Maksum menceritakan, tokoh inspirasinya dalam berkarya untuk agama Islam adalah sosok Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul adalah pahlawan nasional yang juga kakek dari Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang.
Maksum menceritakan, ia dua kali bertemu dengan Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Sosok yang dikenal sebagai alim ulama asli Lombok itu pernah memberikan restu untuk Maksum sebanyak dua kali.
"Di sana saya distempel lagi sama beliau. Kalau bahasa kita, stampel itu sama dengan doa, sama dengan restu, dan tidak semua bisa seperti itu," ucap dia.
"Sampai-sampai santri dia itu bilang ke saya, kalau sudah sampai beliau seperti itu, insyaallah kamu akan jadi orang besar. Saya orang besar dari mana saya bilang, ternyata besar itu, setelah saya lihat-lihat itu karena dikenal orang banyak melalui tilawatil Quran," kenang Maksum.
Maksum yang berdinas di Pembinaan Mental (Bintal) Kopassus Cijantung Jakarta Timur turut menyampaikan harapannya untuk rekan-rekan di TNI pada Hari Ulang Tahun ke-75 yang jatuh 5 Oktober 2020 ini.
Berikut petikan wawancara lengkap Tribun Network dengan Sersan Mayor Maksum.
Baca: Sersan Mayor Maksum Bangga Baca Alquran di Depan Presiden Jokowi: Lebih Minder di Depan Ulama
Apa saja pencapaian besar yang sudah Anda raih selama menjadi seorang Qori di satuan Kopassus?
Yang sangat saya syukuri itu bisa naik haji karena tilawatil quran. Naik haji pada tahun 2011 dan umrah 2019, semua ini karena hidayah Allah.
Saya haji gratis dari dinas, umrah gratis, dilihat dari kemampuan di bidang tilawatil quran. Dikenal masyarakat banyak, dan bergaul dengan masyarakat sipil.
Anda belajar membaca Alquran dengan baik dan benar di mana?
Sejak kecil, waktu masih sipil. Dulu kadang-kadang kita belajarnya dari masjid-masjid, dari Musala ke Musala waktu dulu. Alhamdulillah saya sudah bisa baca Quran itu sebelum masuk SD.
Cuma benar tidaknya kita waktu itu belum tahu karena belum dikenalkan namanya ilmu tajwid. Setelah saya SMP kelas 2, baru diajari ilmu tajwid. Ilmu tajwid itu kan ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Quran yang baik dan benar.
Setelah kita pahami bacaan Quran sesuai dengan ilmu tajwid, guru saya berpesan agar dipraktikkan sehingga ilmu yang didapat itu tidak hilang.
Dan Alhamdulillah ilmu yang diajari guru saya itu tidak pernah hilang.
Bisa diceritakan sedikit sosok panutan Anda sejak kecil dalam membaca Alquran?
Memang kami orang Lombok itu punya panutan kepada Alim Ulama, kakeknya Tuan Guru Bajang (Gubernur Nusa Tenggara Barat). Beliau bernama Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Beliau adalah ulama asli Lombok, dan beliau menuntut ilmu di Mekkah sampai tamat.
Bahkan saya pernah dengar cerita dari santri beliau, bahwa beliau punya nilai itu sampai 10 bintang 3 waktu tamat. Saking jeniusnya beliau.
Baca: Riska, Pelaku Pembacokan Anggota Polisi dan TNI Meninggal Setelah Dirawat di RS
Beliau setelah menuntut ilmu di Mekkah, kembali ke Indonesia tapi tidak langsung ke Lombok. Beliau saat itu ke Banten, menuntut ilmu bersama Presiden RI pertama Soekarno. Dia kemudian balik ke Lombok lalu mendirikan pesantren.
Bagaimana sosok Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul menginspirasi Anda?
Kebetulan kami masyarakat Lombok itu menjadikan beliau sebagai panutan. Apa yang menjadi nasihat dan wejangan dari beliau, itu kami laksanakan.
Dan bahkan saya sendiri sebagai orang yang bukan santri beliau, setiap Jumat dulu selalu hadir untuk mendengarkan ceramah beliau.
Bahkan ada salah satu santri beliau memperkenalkan saya kepada beliau, kepala saya ini sampai distampel sama beliau, waktu itu saya belum jadi TNI.
Setelah jadi TNI saya diminta datang lagi ke sana, dibawa sama santri beliau. Di sana saya distampel lagi sama beliau.
Kalau bahasa kita, stampel itu sama dengan doa, sama dengan restu, dan tidak semua bisa seperti itu. Sampai-sampai santri dia itu bilang ke saya, kalau sudah sampai beliau seperti itu, insyaallah kamu akan jadi orang besar.
Menurut Anda, bagaimana negara Indonesia sebagai seorang anggota TNI?
Bagi saya pribadi, yang jelas kita sebagai TNI dengan hari ulang tahun ke-75 TNI ini, insyaallah kita harapkan kita bisa berbuat lebih baik lagi bagi masyarakat.
Saya bersyukur jadi warga negara Indonesia, karena dibanding dengan negara-negara luar, kita jauh lebih makmur, lebih subur daerahnya, lebih tentram, lebih toleransi dibandingkan dengan negara-negara luar.
Coba kita lihat negara-negara luar, banyak permusuhan dan lainnya. Di Indonesia kita masih aman-aman saja, dan kita sebagai warga negara harusnya sangat bersyukur atas itu.
Bagaimana upaya TNI menggandeng masyarakat dengan cara yang lebih bersahabat?
Kenapa masyarakat kalau ketemu militer rata-rata segan, sebenarnya kalau militer sendiri, jangan sampai ada jarak antara militer dengan masyarakat. Makanya ada dari rakyat untuk rakyat, sebenarnya kita jangan sampai segan, jangan berjarak.
Kalau bagi saya sendiri, cara bergaul dengan masyarakat tentu lewat tilawatil Quran tadi. Kalau itu memang cara saya pribadi untuk bergaul dan berkenalan dengan masyarakat.
Pesan Anda untuk TNI dan masyarakat di hari HUT TNI ke 75 ini?
Kita harus profesional lagi. Mari kita tingkatkan kemampuan kita masing-masing agar TNI selalu jaya. Kepada masyarakat yang jelas itu tadi, jangan sampai ada jarak yang jauh, harus dekat dengan kami.
Sehingga nilai-nilai kesatuan antara aparat dengan masyarakat bisa terjaga. (tribun network/lucius genik)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.