Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Rebo Wekasan? Ini Pengertian Rabu Pamungkas, Amalan, Doa, dan Tata Cara Shalat Tolak Bala

Rabu (14/10/2020) besok dikenal masyarakat, terlebih masyarakat Jawa sebagai Rebo Wekasan. Apa itu Rebo Wekasan? Ini pengertian dan sederet amalannya.

Editor: Sri Juliati
zoom-in Apa Itu Rebo Wekasan? Ini Pengertian Rabu Pamungkas, Amalan, Doa, dan Tata Cara Shalat Tolak Bala
islamicity.org
ILUSTRASI Shalat - Rabu (14/10/2020) besok dikenal masyarakat, terlebih masyarakat Jawa sebagai Rebo Wekasan. Apa itu Rebo Wekasan? Ini pengertian dan sederet amalannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Rabu (14/10/2020) besok dikenal masyarakat, terlebih masyarakat Jawa sebagai Rebo Wekasan.

Apa itu Rabu Wekasan?

Dikutip dari Surya.co.id, Rebo Wekasan adalah ritual tradisi masyarakat Jawa pada hari Rabu terakhir Bulan Safar atau bulan ke dua penanggalan Hijriyah.

Adapun nama lain dari Rebo Wekasan adalah Rabu Pamungkas, Arba Mustakmir, atau Arba Musta'mir.

Sejumlah masyarakat percaya di waktu itu akan turun bencana dan sumber penyakit, sehingga harus melaksanakan sejumlah ritual tradisi tolak bala.

Selain masyarakat Jawa, tradisi menganggap Bulan Safar adalah bulan sial juga terjadi di bangsa Arab.

Hal ini dijelaskan dalam Buku Risalah Ahlusunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyah, Subaidi, Unisnu Pers 2019.

Berita Rekomendasi

Lantas bagaimana dalil tentang Rebo Wekasan dalam Islam?

Melansir laman resmi Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Tebuireng Online, dijelaskan A. Muabrok Yasin, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Fiqh Tebuireng online menjelaskan, memang terdapat hadits dla'if (tidak memenuhi syarat sahih) yang menerangkan tentang Rabu terakhir di Bulan Shafar, yaitu:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ. رواه وكيع في الغرر، وابن مردويه في التفسير، والخطيب البغدادي..

"Dari Ibn Abbas ra, Nabi Saw bersabda: 'Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari terjadinya naas yang terus-menerus." HR. Waki' dalam al-Ghurar, Ibn Mardawaih dalam at-Tafsir, dan al-Khathib al-Baghdadi. (dikutip dari Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami' al-Shaghir, juz 1, hal. 4, dan al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari, al-Mudawi li-'Ilal al-Jami' al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi, juz 1, hal. 23).

Selain dla'if, hadits ini juga tidak berkaitan dengan hukum (wajib, halal, haram, dll), melainkan hanya bersifat peringatan (at-targhib wat-tarhib).

Sementara hukum meyakini datangnya malapetaka di akhir Bulan Shafar, sudah dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas