Rebo Wekasan: Inilah Amalan Serta Tata Cara Sholat Tolak Bala, Niat, dan Doanya
Rebo Wekasan yang merupakan Rabu terakhir di bulan Shafar. Inilah amalan disertai tata cara sholat tolak bala, niat dan doanya.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Rebo Wekasan yang merupakan Rabu terakhir di bulan Shafar jatuh pada Rabu (14/10/2020).
Sesuai namanya, Rabu Wekasan adalah hari Rabu terakhir sebelum memasuki bulan Maulid atau Mulud atau Rabbiul Awal.
Nama lain dari Rebo Wekasan adalah Rabu Pamungkas, Rabu Pungkasan, Rabu Kasan, atau di Kalimantan Selatan disebut dengan Arba Mustakmir atau Arba Musta'mir.
Mengutip dari tanya jawab agama di situs tebuireng.online, Rabu Wekasan adalah tradisi ritual yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar.
Ritual ini untuk memohon perlindungan kepada Allah Swt dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut.
Baca juga: Apa Itu Rebo Wekasan? Ini Pengertian Rabu Pamungkas, Amalan, Doa, dan Tata Cara Shalat Tolak Bala
Tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lainnya.
Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Fiqh Tebuireng online, A Muabrok Yasin menjelaskan, asal-usul tradisi Rebo Wekasan.
Tradisi Rebo Wekasan bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf'il 'Abid Wa Qam' i Kulli Jabbar 'Anid (biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi).
Anjuran serupa juga terdapat pada kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-'Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan lainnya.
Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan, seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan, dalam setiap tahun pada Rabu terakhir bulan Shafar, Allah Swt menurunkan 320.000 macam bala' dalam satu malam.
Oleh karena itu, ia menyarankan umat Islam untuk salat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala' tersebut.
Tata-caranya adalah salat empat rakaat.
Setiap rakaat membaca surat al Fatihah dan Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq, dan An-Nas 1 kali.
Kemudian setelah salam, membaca doa khusus yang dibaca sebanyak tiga kali.
Waktunya dilakukan pada pagi hari (waktu Dhuha).
Masih dari penjelasan A Muabrok Yasin, memang ada hadits dla'if yang menerangkan tentang Rabu terakhir di Bulan Shafar, yaitu:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ. رواه وكيع في الغرر، وابن مردويه في التفسير، والخطيب البغدادي..
"Dari Ibn Abbas ra, Nabi Saw bersabda: "Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari terjadinya naas yang terus-menerus." HR. Waki' dalam al-Ghurar, Ibn Mardawaih dalam at-Tafsir, dan al-Khathib al-Baghdadi. (dikutip dari Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami' al-Shaghir, juz 1, hal. 4, dan al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari, al-Mudawi li-'Ilal al-Jami' al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi, juz 1, hal. 23).
Selain dla'if, hadits ini juga tidak berkaitan dengan hukum (wajib, halal, haram, dan lainnya), melainkan hanya bersifat peringatan (at-targhib wat-tarhib).
Lantas, bagaimana hukum salat Rebo Wekasan?
Salat Rebo Wekasan (sebagaimana anjuran sebagian ulama di atas) jika niatnya adalah shalat Rebo Wekasan secara khusus, maka hukumnya tidak boleh.
Sebab, Syariat Islam tidak pernah mengenal salat Rebo Wekasan.
Namun, jika niatnya adalah salat sunnah mutlaq atau salat hajat, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Salat sunnah mutlaq adalah salat yang tidak dibatasi waktu, tidak dibatasi sebab, dan bilangannya tidak terbatas.
Salat hajat adalah salat yang dilaksanakan saat kita memiliki keinginan (hajat) tertentu, termasuk hajat li daf'il makhuf (menolak hal-hal yang dikhawatirkan).
Syeikh Abdul Hamid Muhammad Ali Qudus (imam Masjidil Haram) dalam kitab Kanzun Najah Was Surur halaman 33 menulis:
"Syeikh Zainuddin murid Imam Ibnu Hajar Al-Makki berkata dalam kitab "Irsyadul Ibad."
Demikian juga para ulama madzhab lain, mengatakan: Termasuk bid'ah tercela yang pelakunya dianggap berdosa dan penguasa wajib melarang pelakunya, yaitu Shalat Ragha'ib 12 rakaat yang dilaksanakan antara Maghrib dan Isya' pada malam Jumat pertama bulan Rajab……..
Kami (Syeikh Abdul Hamid) berpendapat: Sama dengan shalat tersebut (termasuk bid'ah tercela) yaitu Shalat Bulan Shafar.
Seseorang yang akan shalat pada salah satu waktu tersebut, berniatlah melakukan shalat sunnat mutlaq secara sendiri-sendiri tanpa ada ketentuan bilangan, yakni tidak terkait dengan waktu, sebab, atau hitungan rakaat."
Keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang juga menegaskan, salat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram.
Kecuali jika diniati salat sunnah muthlaqah atau niat salat hajat.
Kemudian, Muktamar NU ke-25 di Surabaya (Tanggal 20-25 Desember 1971) juga melarang salat yang tidak ada dasar hukumnya, kecuali diniati salat mutlaq. (Referensi: Tuhfah al-Muhtaj Juz VII, Hal 317).
Hukum Berdoa
A Muabrok Yasin menjelaskan, berdoa untuk menolak-bala (malapetaka) pada hari Rabu Wekasan hukumnya boleh.
Namun, harus diniati berdoa memohon perlindungan dari malapetaka secara umum (tidak hanya malapetaka Rabu Wekasan).
Al-Hafidz Zainuddin Ibn Rajab al-Hanbali menyatakan: "Meneliti sebab-sebab bencana seperti melihat perbintangan dan semacamnya merupakan thiyarah yang terlarang.
Karena orang-orang yang meneliti biasanya tidak menyibukkan diri dengan amal-amal baik sebagai penolak balak, melainkan justru memerintahkan agar tidak keluar rumah dan tidak bekerja.
Padahal itu jelas tidak mencegah terjadinya keputusan dan ketentuan Allah.
Ada lagi yang menyibukkan diri dengan perbuatan maksiat, padahal itu dapat mendorong terjadinya malapetaka.
Syari'at mengajarkan agar (kita) tidak perlu meneliti melainkan menyibukkan diri dengan amal-amal yang dapat menolak balak, seperti berdoa, berzikir, bersedekah, dan bertawakal kepada Allah Swt serta beriman pada qadla' dan qadar-Nya." (Ibn Rajab, Lathaif al-Ma'arif, hal. 143).
A Muabrok Yasin menyimpulkan, tradisi Rebo Wekasan memang bukan bagian dari Syariat Islam, tapi tradisi yang positif.
Sebab menganjurkan salat dan doa; banyak bersedekah; serta menghormati para wali yang mukasyafah (QS. Yunus : 62).
Oleh karena itu, hukum ibadahnya sangat bergantung pada tujuan dan teknis pelaksanaan.
Jika niat dan pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan syariat, maka hukumnya boleh.
Namun, bila terjadi penyimpangan (baik dalam keyakinan maupun caranya), maka hukumnya haram.
Amalan Rabu Wekasan Bulan Shafar
Sementara itu, dikutip dari iainmadura.ac.id, di pesantren-pesantren, setiap malam Rabu terakhir bulan Shofar ba'da salat Maghrib dilaksanakan kegiatan berupa sholat sunnah hajat agar menolak bala' (hajat lidaf'il bala').
Sholat dilaksanakan empat rakaat, baik dengan dua tasyahud satu salam, dengan niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
atau dua tasyahud dua salam, dengan niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Setelah membaca Al-Fatihah, kemudian membaca:
- Surat Al-Kautsar 17 kali
- Surat Al-Ikhlash 5 kali
- Surat Al-Falaq 1 satu
- Surat An-Nas 1 kali
Hal ini dilakukan tiap rakaat. Artinya tiap rakaat membaca semua surat tersebut.
Selesai salat empat rakaat, kemudian membaca doa ini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Tata cara ini ada dalam kitab Kanzun Najah Was-surur Karya Syekh Abdul Hamid Qudus, dan Dinuqil dalam kitab Nubdzatul Anwar.
Sesudah salat sunnah membaca:
- Istighfar 70 kali
- Sholawat Nabi 100 kali
- Hasbunallah wani'mal wakil 70 kali
- Surat Yasin ketika sampai ayat Salamun qoulan mirrobbir rohim dibaca 313 kali kemudian berdoa: Ya Allah semoga kita beserta keluarga selamat dari musibah, bala, dan lainnya. Amin.....
(Tribunnews.com)