Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan ditunjuk sebagai Presiden Komisaris PT Sentul City Tbk (BKSL).

Purnawirawan Polri berpangkat Inspektur Jenderal itu membenarkan langsung penunjukan dirinya sebagai presiden komisaris.

"Benar," kata Basaria kepada Tribunnews.com, Jumat (16/10/2020).

Baca juga: Pengusul Pengadaan Mobil Dinas Pejabat KPK Terungkap, Dewas Hingga Eks Komisioner Bereaksi

Penunjukan bekas pimpinan KPK era Agus Rahardjo itu diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Sentul City yang digelar pada Rabu (14/10/2020).

Head of Corporate Communication Sentul City Alfian Mujani mengatakan, terjadinya perubahan jajaran komisaris dan direksi akibat pengunduran diri yang bersangkutan.

"Hanya mengganti satu presiden komisaris dan satu direktur karena mengundurkan diri," jelas dia, Rabu (14/10/2020) dilansir dari kontan.co.id.

Baca juga: Anggota Komisi III DPR Sebut Pengadaan Mobil Dinas Usulan KPK

Tranggono Ting yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Komisaris digantikan Basaria Panjaitan.

Sementara pada posisi Direktur yang sebelumnya dijabat Rayendra Prasetya berganti diduduki Richard Susilo.

Dengan demikian, susunan komisaris dan direksi BKSL yang terbaru adalah sebagai berikut:

Komisaris

- Presiden Komisaris: Basaria Panjaitan
- Komisaris Independen: Jonnardi
- Komisaris: Sumarsono

Direksi

- Presiden Direktur: Tjetje Muljanto

- Direktur: Iwan Budiharsana

- Direktur: Richard Susilo

Penunjukan Basaria Panjaitan menjadi presiden komisaris cukup mengejutkan.

Sebab Sentul City pernah terbelit kasus di KPK pada 2014.

Saat itu, Presiden Direktur Sentul City Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng terjerat kasus merintangi penyidikan dan suap.

Dalam kasus suap, Swie Teng terbukti menyuap Rachmat Yasin selaku Bupati Bogor senilai Rp5 miliar untuk memuluskan tukar guling (ruislag) kawasan hutan di Kabupaten Bogor seluas 2.754 hektar.

Kawasan tersebut rencananya dijadikan pemukiman berupa kota satelit Jonggol City.

Atas perbuatannya, Swie Teng divonis 5 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta.

Namun hukumannya dipotong saat mengajukan pengajuan kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA) pada 2016.

Hukuman Swie Teng dipotong dari 5 tahun menjadi 2,5 tahun penjara.