Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Investasi Meleset dari Perkiraan, Jokowi Tegur Luhut dan Kepala BKPM

menurut Presiden ia sudah mengingatkan kepada Luhut dan Bahlil untuk meningkatkan investasi agar berada pada posisi di bawah minus lima,

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Sanusi
zoom-in Investasi Meleset dari Perkiraan, Jokowi Tegur Luhut dan Kepala BKPM
Youtube Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam rapat paripurna kabinet di istana negara, Jakarta, Senin (2/11/2020).

Jokowi menegur keduanya karena investasi yang meleset dari perkiraan.

"Jadi investasi kita juga di kuartal III, masih minusnya di atas lima tapi nanti kita tunggu hitung-hitungannya dari BPS, kurang lebih nanti minus enam," kata presiden.

Baca juga: Diteken Jokowi, KSPI Minta UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 Dicabut, Said Iqbal: Merugikan Buruh

Padahal menurut Presiden ia sudah mengingatkan kepada Luhut dan Bahlil untuk meningkatkan investasi agar berada pada posisi di bawah minus lima, namun ternyata belum mampu.

"Hingga saya sudah mewanti-wanti kepada kepala BKPM dan Menko Marinves agar paling tidak di kuartal III ini bisa minus di bawah 5 tapi ternyata belum bisa," kata dia.

Baca juga: Resmi Diteken Presiden Jokowi, UU Cipta Kerja Mulai Berlaku, Kini Berisi 1.187 Halaman

Untuk memperbaiki capaian yang kurang baik tersebut, Presiden meminta keduanya untuk melakukan peningkatan di kuartal IV 2020 dan kuartal I 2021. Apalagi Indonesia mendapat fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Kemlu.go.id GSP merupakan fasilitas perdagangan​ berupa pembebasan tarif bea masuk, yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara- negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980.

"Saya ingin mengingatkan bahwa kesempatan untuk memperbaiki investasi, kita diberikan peluang karena kemarin GSP untuk masuk ke Amerika sudah diberikan perpanjangan, sehingga ini menjadi kesempatan karena kita adalah satu-satunya negara di Asia yang mendapatkan fasilitas ini," kata Presiden.

Berita Rekomendasi

Dengan adanya fasilitas GSP dari negara Paman Sam tersebut diharapkan ekspor Indonesia akan naik, serta investasi di Indonesia akan meningkat.

"Syukur-syukur ini juga dipakai sebagai kesempatan untuk menarik investasi karena kita ada fasilitas itu karena orang ingin mendirikan industri pabrik perusahaan di indonesia akan menjadi lebih menarik karena untuk masuk ke Amerika kita diberikan fasilitas dari Amerika," ujarnya.

Presiden pada kesempatan tersebut juga menekankan pentingnya menjaga titik keseimbangan antara penanganan kesehatan dengan pemulihan ekonomi nasional.

"Kita harus tetap fokus untuk mengatur menjaga keseimbangan titik keseimbangan antara penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. ini yang saya kira sudah berpuluh-puluh kali saya sampaikan tapi perlu sekali lagi ini saya tekankan," kata Presiden.

Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju tampak hadir di Istana.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke III ini, yakni minus tiga.

"Kita tahu kemarin di triwulan kedua pertumbuhan ekonomi di angka minus 5,32. di kuartal ke tiga kita juga mungkin sehari-dua hari ini akan diumumkan oleh BPS juga masih berada di angka minus. Perkiraan kita di angka minus tiga," katanya.

Meskipun cenderung kondisinya masih lebih baik dibandingkan negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke empat menurut presiden harus terus digenjot. Sehingga pertumbuhan ekonomi tidak terkontraksi terlalu dalam.

"Sehingga kembali lagu saya sampaikan kuartal 4 ini sangat penting sekali agar bias memperbaiki lagi, syukur bisa masuk ke positif di kuartal 4 sehingga belanja spending harus menjadi kejar-kejaran kita semuanya," katanya.

Oleh karenanya Presiden meminta realisasi belanja setiap kementian dan lembaga di periode Oktober hingga Desember atau kuartal terakhir harus semaksimal mungkin.

Karena menurut Presiden sekarang ini konsumsi rumah tangga masih pada posisi minus 4. "Sehingga menjadi kewajiban kita semuanya untuk memperkuat demand sehingga konsumsi ini akan menjadi lebih baik," pungkasnya.(Tribun Network/fik/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas