Stafsus Milenial Jokowi : 2 Mundur, 5 Masih Bertugas, Desakan Evaluasi - Bubarkan dan Aji Mumpung
Setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, kiprah staf khusus milenial Jokowi juga disorot, banyak pihak minta mereka dievaluasi hingga dibubarkan.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang disorot dalam satu tahun pemerintahan.
Belakangan kiprah para staf khusus (stafsus) milenial Jokowi juga disorot bahkan menjadi polemik.
Sejumlah pihak mempertanyakan kerja mereka yang dirasa belum terlihat.
Kinerja stafsus milenial disorot
Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai kinerja staf khusus milenial belum terlihat selama setahun usai ditunjuk Presiden Joko Widodo.
Ia mengatakan, bisa jadi dalam beberapa hal mereka telah memberikan saran kepada Presiden Joko Widodo, terutama dalam persoalan kepemudaan. Namun, ia menilai kinerja mereka belum terlihat secara luas.
"Saya pikir citra staf milenial ini dalam beberapa hal berkontribusi pada kinerja Presiden Jokowi. Namun kinerja secara keseluruhan belum terdengar secara luas di mata publik," kata Wasisto kepada Kompas.com, Senin (2/11/2020).
Stafsus milenial dituding "aji mumpung" cari jatah proyek
Ia menambahkan yang terjadi justru staf khusus milenial presiden memperoleh citra negatif lantaran mereka dituding mencari jatah proyek di tengah pandemi Covid-19.
Saat itu eks staf khusus milenial presiden Andi Taufan Garuda Putra dinilai melibatkan perusahaannya, Amartha, untuk melakukan edukasi tentang Covid-19 di desa-desa.
Kemudian eks staf khusus milenial presiden lainnya yakni Adamas Belva Devara yang dinilai memanfaatkan jabatannya agar perusahaannya, Ruangguru, menjadi mitra pemerintah dala program Kartu Prakerja.
Karena itu Wasisto menilai para staf khusus milenial harus bisa membuktikan kinerjanya kepada masyarakat dengan memberikan kontribusi yang nyata.
"Jangan malah justru publik menangkapnya sebagai aji mumpung karena ketika menjabat malah mencari proyek," kata dia.
Presiden Jokowi didesak evaluasi stafsus milenial
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta mengevaluasi staf-staf khusus dan juga pembantunya di tingkat eksekutif, saat pandemi virus corona atau Covid-19.
Wakil Ketua Fraksi PAN di DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan, saat ini presiden membutuhkan pikiran dan tenaga ekstra untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Oleh sebab itu, kata Saleh, sangat tepat jika presiden memberdayakan semua potensi yang ada di lingkaran istana.
"Staf-staf khusus presiden dinilai belum bisa berkontribusi secara maksimal. Kepeloporan dan inisiatif mereka belum terlihat, masyarakat belum merasakan hasil kerja mereka," kata Saleh kepada Tribunnews, Jakarta, Minggu (26/4/2020).
Baca juga: Hanya Ditemui Stafsus Milenial, BEM SI Kecewa: Bukan Representasi Presiden
Menurut Saleh, staf khusus presiden semestinya dapat membantu presiden mencari solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah maupun rakyat Indonesia.
"Kalau betul tidak banyak membantu, presiden diminta untuk melakukan evaluasi. Apalagi, sudah ada dua orang yang mengundurkan diri," papar Saleh.
Saat wabah virus corona saat ini, kata Saleh, staf khusus milenial dapat mencari solusi untuk membehani segala dimensi kehidupan yang terpuruk karena wabah tersebut.
"Selain persoalan kesehatan, persoalan lain juga perlu ditangani dengan benar. Ada masalah ekonomi, sosial, pendidikan, pengangguran, dan lain-lain. Semua itu harus mendapatkan perhatian dengan baik," ucap Anggota Komisi IX DPR itu.
Dianggap mereporkan, Jokowi diminta bubarkan stafsus milenial
Wakil Ketua Komisi II DPR Fraksi PKB Yaqut Cholil Qoumas menyarankan agar staf khusus (stafsus) Presiden Jokowi dibubarkan saja.
Mulanya pria yang akrab disapa Gus Yaqut ini menyoroti pengunduran diri dua stafsus Presiden Jokowi, Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra.
Seperti yang diberitakan, Andi Taufan Garuda Putra memilih mengundurkan diri dari stafsus milenial setelah tersandung konflik kepentingan.
Pendiri PT Amartha Mikro Fintek ini pun memutuskan untuk mundur sebagai bentuk pertanggung jawaban.
Pengunduran diri Andi Taufan ia sampaikan dalam surat terbuka yang ditandatanganinya pada Jumat 24 April 2020.
Baca juga: Soroti Mundurnya Belva & Andi Taufan, Legislator PKB Minta Stafsus Milenial Dibubarkan: Merepotkan
Sementara itu, Adamas Syah Belva Devara, juga mundur dari staf khusus milenial karena dituding terlibat kartu prakerja.
Melalui akun Instagramnya pada 21 April 2020, Belva menulis surat terbuka panjang dirinya tak lagi mengemban tugas sebagai stasus Presiden.
Istana Negara juga mengumumkan Presiden Jokowi telah menerima surat pengunduran diri dari Belva.
Surat terbuka tersebut diposting setelah banyak pihak menuding Belva rawan konflik kepentingan.
Apalagi, perusahaan Ruangguru menjadi mitra pemerintah dalam memberikan materi di program Kartu Prakerja.
Mengenai mundurnya dua stafsus milenial tersebut, Gus Yaqut pun menilai keberadaan stafsus milenial lebih baik dibubarkan.
"Bubarkan saja stafsus milenial ini, tidak berfaedah," kata Gus Yaqut, Sabtu (25/4/2020).
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor ini mengatakan, Presiden Jokowi saat ini sudah memiliki pembantu-pembantu yang hebat dan mengerti bagaimana cara menjalankan pemerintahan.
Oleh karena itu, kehadiran stafsus milenial sesungguhnya tidak dibutuhkan lagi.
"Tidak perlu anak-anak ini yang justru malah merepotkan."
"Kalau diharapkan bisa membantu Presiden karena kemilenialannya, biarkan mereka membantu melalui dunia yang mereka tekuni sebelum menjadi stafsus, pasti lebih bermakna," ucapnya.
Senada, legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta meminta staf khusus (stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih baik dibubarkan.
Terutama, apabila Jokowi tidak bisa memastikan mereka tak akan menyalahgunakan wewenangnya.
"Kalau Presiden tidak bisa memastikan staf-staf yang diangkat semuanya itu tidak menyalahgunakan kewenangannya, sebaiknya dibubarkan saja," ujar Sukamta ketika dihubungi Tribunnews, Sabtu (25/4/2020).
Sukamta mengapresiasi positif mundurnya CEO Ruangguru Adamas Belva Syah Devara dan CEO Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra.
Namun, ia menilai mundurnya kedua milenial itu tak menyelesaikan masalah utama.
Anggota Komisi I DPR tersebut mengatakan masalah konflik kepentingan terutama terkait Belva, belumlah usai.
Sebab, Ruangguru masih menjadi mitra kerja pemerintah dalam program Kartu Prakerja.
"Kalau Belva mau tuntaskan masalah, mestinya ia tarik Ruangguru dari program Kartu Prakerja."
"Agak berbeda dengan Andi yang jelas-jelas telah menyalahgunakan kewenangan sebagai stafsus Presiden atau melampaui kewenangan yang dimilikinya," tuturnya.
Dia pun meminta kasus ini dijadikan pembelajaran bagi semua pihak, terutama milenial, bahwa check and balances itu penting.
Sukamta menegaskan tak peduli tua atau muda, kekuasaan selalu berhimpitan dengan kepentingan pribadi dan kelompok.
"Semakin banyaknya lembaga-lembaga yang dibuat oleh Presiden, baik itu stafsus atau apa saja, ternyata juga memerlukan pengawasan tersendiri."
"Supaya tidak terjadi abuse of power. Pada dasarnya itu menjadi tanggung jawab Presiden yang mengangkatnya," cetusnya.
Sementara, Presiden Jokowi angkat bicara ata mundurnya dua Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra.
Presiden mengaku memahami keputusan pengunduran diri kedua pemuda tersebut.
"Saya memahami kenapa mereka mundur, Saudara Belva Devara dan Andi Taufan."
"Mereka anak-anak muda yang brilian, yang cerdas, dan memiliki reputasi serta prestasi yang sangat baik," ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (24/4/2020).
Sejak awal, Presiden Joko Widodo menginginkan adanya anak-anak muda seperti keduanya untuk berkesempatan belajar dan berperan serta dalam pemerintahan dan tata kelola.
Keduanya merupakan bagian dari tujuh staf khusus baru dari kalangan milenial yang ditunjuk pada 21 November 2019, dan memiliki sejumlah prestasi di bidangnya.
"Sebetulnya saya ingin mereka tahu mengenai pemerintahan dan kebijakan publik," kata Presiden.
Presiden menyebut selama menjalankan tugasnya, mereka banyak membantu memberikan gagasan inovasi di berbagai sistem pelayanan publik agar menjadi lebih cepat dan efektif.
"Mereka telah banyak membantu saya bersama-sama dengan staf khusus lainnya dalam membuat inovasi di berbagai sistem pelayanan publik, sehingga lebih cepat dan efektif," ungkapnya.
Selain itu, Kepala Negara juga turut mendoakan keduanya agar dapat terus meniti kesuksesan di bidang masing-masing yang selama ini mereka geluti.
"Saya meyakini, insyallah, mereka akan sukses di bidang masing-masing."
"Belva di bidang pendidikan dan Andi Taufan di bidang tekfin, keuangan mikro dan usaha kecil," harapnya.
Stafsus milenial Jokowi dari tujuh sisa lima orang
Di periode keduanya, Presiden Jokowi memiliki staf khusus milenial.
Kali pertama diangkat dan diumumkan, Jokowi memiliki 7 stafsus milenial.
Namun, kini stafsus milenial tersisa tinggal 5 orang karena 2 orang mengundurkan diri yakni Andi Tufan dan Belva.
7 staf khusus Jokowi milenial yang kali pertama diangkat yaitu:
1. Angkie Yudistia, pendiri Thisable Enterprise,
2. Aminuddin Ma'ruf, mantan Ketum PMII
3. Adamas Belva Syah Devara, pendiri Ruang Guru
4. Ayu Kartika Dewi, perumus Pergerakan Sabang-Merauke
5. Putri Indahsari Tanjung, Founder CreativePreneur
6. Andi Taufan Garuda Putra, CEO Amarta
7. Gracia Billy Mambrasar, pemuda Papua
"Ketujuh anak muda ini akan menjadi teman diskusi saya, harian, mingguan, bulanan. Sekaligus menjadi jembatan saya bagi anak muda, santri muda, diaspora yang tersebar di berbagai tempat," kata Jokowi di Istana Merdeka, Kamis 21 November 2019 lalu.
Para stafsus milenial Jokowi memiliki bidang tugas masing-masing.
Angkie Yudistia bertanggung jawab untuk komunikasi di bidang sosial.
Kemudian, Aminuddin bertanggung jawab untuk menjadi jembatan informasi dan aspirasi dari kelompok strategis.
Sementara itu, Putri Tanjung Indahsari, Adamas Belva Syah Devara, Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, dan Gracia Billy Mambrasar bertugas membantu Jokowi untuk memberi masukan berupa terobosan dan inovasi sesuai keahlian mereka.
Misalnya Billy terkait isu Papua, lalu Putri Tanjung mengenai kewirausahaan.
Kini, masih ada 5 stafsus milenial Jokowi yang masih bertugas. (tribun network/thf/Tribunnews.com/Kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.