CISDI: Pemerintah Perlu Mobilisasi Sumber Daya Hingga ke Tingkat Puskesmas untuk 3T
CISDI merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan mobilisasi dan penetapan sumber daya untuk melakukan upaya 3T
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan mobilisasi dan penetapan sumber daya untuk melakukan upaya 3T yakni testing (tes), tracing (lacak), dan treatment (isolasi) sampai tingkat Puskesmas.
Direktur Kebijakan CISDI Olivia Herlinda mengatakan berdasarkan survei daring mengenai kebutuhan Puskesmas di masa Pandemi yang diselenggarakan pihaknya bekerja sama dengan Kawal Covid dan Cek Diri masih banyak tantangan dalam menjalani upaya 3T mengingat upaya tersebut masih menjadi strategi pemerintah untuk penanganan Covid-19 sambil menunggu adanya vaksin.
Meski berdasarkan survei tersebut 96 persen puskesmas sudah melakukan penelusuran kontak, namun ketika digali lebih jauh mengenai kualitas dari penelusuran kontak hanya 47 persen Puskesmas yang memiliki tenaga pelacak atau tracer di bawah lima orang.
Baca juga: CISDI: Perlu Ada Pelatihan Secara Rutin untuk Petugas Puskesmas Terkait Covid-19
Namun, demikian sampai standard idealnya itu masih belum ada bakunya idealnya berapa karena memang ini akan sangat tergantung kebutuhan di daerahnya berapa banyak kasus yang ditemukan dan pertumbuhan kasus di tiap daerah.
Kemudian berdasaekan survei, 47 persen Puskesmas hanya melakukan penulusuran ke kurang dari lima kontak per setiap kasus positif.
Meskipun secara international belum ada standard ideal terkait hal tersebut namun sejumlah studi merekomendasikan 70 sampai 90 persen kontak harus ditelusuri dan dites per satu kasus atau setiap kasus positif itu harus dilacak 20 sampai 30 kontak erat.
Kemudian terkait kapasitas tes, 80 persen menjawab menggunakan tes cepat serologi sebagai alat uang digunakan dalam penanganan covid-19.
Baca juga: Jakarta Jadi Wilayah Target Vaksinasi Covid-19, Wagub DKI: Kami Siap
Sebanyak 39 persen puskesmas menyatakan tes swab PCR dan ada juga yang melakukan pemeriksaan serologi di lab.
Terkait dengan penggunaan tes cepat serologi, sebanyak 12 persen puskesmas menggunakan tes cepat untuk alat diagnosis karena memang tidak tersedia PCR di tempat tersebut.
Kemudian sisanya sekitar 80-an persen, kata Olivia, itu digunakan sebagai alat screening untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan tes PCR setelah itu.
Kemudian terkait dengan isolasi, sebanyak 99 persen Puskesmas sudah melakukan pemantauan pasien yang melakukan isolasi mandiri meski metodenya berbeda-beda.
Sebanyak 91 persen puskesmas di antaranya sudah melakukan pemantauan melalui telpon atau pesan dan sebanyak 45 persen melakukan pemantauan lewat kunjungan rumah.
Namun, ketika digali lebih jauh soal frekuensinya, kata Olivia, hanya 57 persen puskesmas yang melakukan pemantauan setiap hari.
Baca juga: 3M Disebut Jadi Vaksin Paling Aman Tangkal Covid-19