Pakar Psikologi : PSBB Mempengaruhi Kesehatan Mental Keluarga
Pembatasan aktivitas berpengaruh pada kesehatan mental dalam keluarga karena beragam perubahan yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar Psikologi Pendidikan dan Keluarga, Nana Maznah Prasetyo menyebut pembatasan aktivitas sangat mempengaruhi kesehatan mental dalam keluarga.
Baik orang tua maupun anak beresiko mengalami tekanan mental, karena perubahan yang terjadi selama pandemi Covid-19.
“Ada rasa bosan akibat kegiatan yang monoton dan kehilangan interaksi dengan kawan sebaya, padahal suasana bermain berdampak signifikan pada mental anak,” ujar Nana dalam webinar psikologi LDII, Sabtu (14/11/2020)
Baca juga: Kabarnya Banyak Tahanan di Rutan Bareskrim Positif Covid-19, Begini Tanggapan Brigjen Awi Setyono
Hal tersebut menyebabkan mudah terjadi konflik dalam keluarga yang membuat suasana dalam keluarga menjadi tegang, emosi tinggi, dan tidak nyaman.
Pola pengasuhan dan pembelajaran juga menjadi berubah, dimana tugas guru dibebankan pada orang tua, padahal peran guru dan orang tua sangat berbeda.
Orang tua dengan keadaan emosional yang buruk memiliki resiko melakukan kekerasan pada anak, baik kekerasan fisik maupun verbal.
“Ini akan memberikan efek psikologis panjang. Orang tua stress dan kesulitan dengan cara belajar anak,” ujarnya.
Baca juga: Kapolri Soroti Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia yang Tembus 457.735 Kasus Positif
Dampak pandemi juga dapat berpengaruh pada hubungan antara ibu dan ayah.
Jika masing-masing tidak menyelesaikan masalah terhadap dirinya sendiri, maka akan timbul konflik karena saling menyalahkan pasangannya.
Oleh karena itu penting bagi masing-masing keluarga beradaptasi untuk mengelola diri atau berdamai dengan diri sendiri.
Karena jika terjadi konflik antara ibu dan ayah maka akan berpengaruh kepada hubungan anak atau hubungan dengan anggota keluarga lainnya.
“Ini betul-betul harus diwaspadai. Kita harus bisa memeriksa diri kita, memahami dan berkomunikasi dengan pasangan, supaya konflik tidak menjadi besar,” lanjutnya.
Baca juga: Dua Petugas Lapas Tasikmalaya dan Seorang Narapidana Terpapar Covid-19
Pandemi Covid-19 mengembalikan pendidikan utama pada keluarga, karena semua interaksi menjadi lebih intens dengan keluarga.
Yang paling penting yang harus dilakukan saat ini menurut psikolog itu yakni relasi kepada diri sendiri, kemudian bonding atau kelekatan antara keluarga, terutama antara ibu dan anak.
Menurut Nana jika semua memiliki relasi hubungan yang baik terhadap diri sendiri, sehingga dapat dilihat kekuatan dan kemampuan masing-masing anggota keluarga, orang tua juga akan dapat mengenal karakter anak dengan baik.
“Masing-masing keluarga harus berdamai dengan diri sendiri dulu, lalu antar kepada pasangan atau ibu kepada ayah, agar bisa menciptakan relasi yang baik pada anak. Sehingga suasana aman dan nyaman akan terbentuk,” tutupnya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.