Sejarah Hari Guru Nasional yang Diperingati 25 November, Berikut Tema dan Logo HGN ke-75
Berikut Sejarah Hari Guru Nasional Diperingati 25 November. Selain itu juga dilengkap tema dan link download logo Hari Guru Nasional 25 November 2020
Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah Hari Guru Nasional yang diperingati tiap 25 November di Indonesia.
Selain sejarah, dalam artikel ini juga dilengkapi link download logo Hari Guru Nasional 2020 berformat JPG, PNG, hingga PDF.
Hari Guru Nasional ke-75 jatuh pada hari ini, Rabu (25/11/2020).
Tema Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020 adalah "Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar".
Baca juga: Link Download Logo Hari Guru Nasional 2020 Format JPG, PNG hingga PDF, Berikut Temanya
Baca juga: Kumpulan 50 Ucapan Selamat Hari Guru Nasional, Bagikan di WA atau Posting di IG, FB, dan Twitter
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga telah merilis Pedoman Upacara HGN 2020, logo HGN 2020 (Gambar), logo HGN 2020 (pdf), spanduk HGN 2020, baliho HGN yang bisa Anda download dalam artikel ini.
Lantas kenapa setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak sejarah singkat Hari Guru Nasional berikut ini.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Guru Nasional, Cocok Dijadikan Status di Sosial Media
Sejarah Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional ditetapkan pada 25 November bertepatan dengan hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Penetapan Hari Guru Nasional ini berdasar keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Dikutip dari PGRI.or.id, organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua yang menggunakan bahasa pengantarnya bahasa daerah ditambah bahasa Melayu.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.