Saran IDAI Bagi Orangtua Setujui Anak Ikut Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19
Apakah anak sudah mampu melal
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah memperbolehkan sekolah untuk memulai sekolah tatap muka pada awal tahun depan.
Meski demikian, terdapat sejumlah aturan yang harus dipenuhi pihak sekolah, murid, maupun orangtua untuk mendukung pembelajaran langsung tersebut.
Diantaranya adalah siswa harus mendapatkan persetujuan dari orangtua untuk bisa pergi ke sekolah.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan sejumlah saran bagi orangtua untuk mempertimbangkan kegiatan pembelajaran tatap muka dalam masa pandemi Covid-19.
Ketua Umum IDAI Dr. Aman B. Pulungan melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (1/12/2020), mengatakan, orangtua sebaiknya tetap mendukung kegiatan belajar dari rumah, baik sebagian maupun sepenuhnya.
Baca juga: 83 Persen Sekolah Belum Siap Lakukan Pembelajaran Tatap Muka, Bintang Puspayoga Soroti Temuan KPAI
Kemudian, pertimbangkan apakah partisipasi anak dalam kegiatan tatap muka lebih bermanfaat atau justru meningkatkan risiko penularan dari hal-hal berikut:
Apakah anak sudah mampu melal
Apakah anak masih sangat memerlukan pendampingan orangtua saat sekolah? Bila masih, maka sebaiknya anak masih di rumah dulu saja.
Apakah anak memiliki kondisi komorbid yang dapat meningkatkan risiko sakit parah apabila tertular COVID- 19?
Bila ada, sebaiknya anak belajar dari rumah.
Adakah kelompok lanjut usia dan risiko tinggi di rumah yang mungkin tertular apabila banyak anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah?
"Periksa apakah sekolah sudah memenuhi standar protokol kesehatan yang berlaku," kata Aman.
Ia melanjutkan, apabila akan menyetujui partisipasi anak dalam kegiatan belajar tatap muka, persiapkan pula kebutuhan penunjangnya, seperti rencana transportasi, bekal makanan dan air minum, masker, pembersih tangan, serta persiapan tindak lanjut apabila mendapat kabar dari sekolah bahwa anak sakit (di antaranya fasilitas kesehatan yang akan dituju untuk perawatan selanjutnya, asuransi kesehatan, dll).
Lalu, ajarkan anak untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit, serta untuk melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman sepertinya ada tanda dan gejala sakit.
"Ajarkan untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah," jelas Aman.
Sementara itu, apabila dalam kasus tertentu manfaat partisipasi kegiatan pembelajaran tatap muka dipandang lebih besar daripada anak tetap tinggal di rumah, misalnya dalam kasus anak terancam perlakuan salah, maka disampaikan pertimbangan berikut.
Anak dan keluarga yang bermasalah perlu dibantu lebih dari sekedar mengizinkan anak berpartisipasi dalam kegiatan belajar tatap muka, sehingga sebaiknya masyarakat serta perangkat dan dinas terkait turut melakukan pendekatan tata laksana sesuai panduan yang berlaku.
Dalam membuat keputusan partisipasi anak untuk ikut pembelajaran tatap muka, sebaiknya mengacu pada pertimbangan dan persiapan yang telah diuraikan sebelumnya.
"Semua pihak hendaknya bahu-membahu dari semua lapisan untuk mewujudkan rumah dan lingkungan ramah anak," ungkapnya.