Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Baru 20 Persen Anak Berkebutuhan Khusus Dapatkan Layanan Rehabilitasi Sosial

Muhadjir mengatakan masih ada orangtua yang menganggap anak berkebutuhan khusus sebagai aib.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Baru 20 Persen Anak Berkebutuhan Khusus Dapatkan Layanan Rehabilitasi Sosial
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Karyawan Pertamina bercerita dan mengajak untuk membaca kepada siswa di Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Dreamable PKBM Hidayah, Kampung Cibisoro, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Senin (18/11/2019). Kegiatan mengajar pekerja Pertamina ini dalam rangka Pertamina Energi Negeri (PEN) 4, sebagai rangkaian kegiatan Voluntery Days di Pertamina. PEN 4 juga dilaksanakan di 18 kota di Indonesia. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial Ad Interim Prof Muhadjir Effendy menekankan pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk bersikap kooperatif bila ada anggota keluarganya yang memiliki kebutuhan khusus.

Muhadjir mengatakan masih ada orangtua yang menganggap anak berkebutuhan khusus sebagai aib.

Sehingga banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Dirinya menyontohkan minimnya penanganan rehabilitasi sosial terhadap anak penderita autis.

"Contohnya untuk anak penderita autis, saat ini baru terlayani di kisaran 18-20 persen," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Minggu (13/12/2020).

"Penyebabnya karena orang tua anak tersebut menganggap aib, padahal anak tersebut biasanya memiliki keistimewaan yang harus digali untuk bekal masa depannya," tambah Muhadjir.

Muhadjir mengatakan semakin kompleksnya permasalahan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) berdampak pada meningkatnya kebutuhan pelayanan rehabilitasi sosial.

BERITA REKOMENDASI

Dalam beberapa kasus, permasalahan yang terjadi sudah mengancam keselamatan jiwa manusia. Contohnya, anak-anak dan lanjut usia yang ditelantarkan keluarga, serta para perempuan yang diperdagangkan.

"Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengalami tindakan kekerasan. Belum lagi adanya remaja dan pemuda yang awalnya hanya menjadi korban penyalahgunaan Napza, kemudian menjadi pecandu, dan bahkan terinfeksi HIV/AIDS. Ada juga penyandang disabilitas mental yang mengalami pemasungan," ungkap Muhadjir.

Menurutnya, saat ini diperlukan koordinasi terpadu untuk penanganan masalah ini. Muhadjir mengatakan tidak semua warga negara mampu mengakses peluang-peluang yang ada.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas