Pentingnya Peran Perempuan dalam Perspektif Islam
Keterbukaan masyarakat akan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan kian membaik.
TRIBUNNEWS.COM - Seiring perkembangan zaman, keterbukaan masyarakat akan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan kian membaik.
Meskipun tingkat ketimpangan gender di Indonesia masih tergolong dalam kategori tinggi, setidaknya berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka Indeks Ketimpangan Gender (IKG) sejak tahun 2015 hingga 2019 terhitung membaik dari 0,46 menjadi 0,42.
Pada dasarnya, setiap manusia - baik perempuan maupun laki-laki - sebagai bagian dari masyarakat memiliki tingkat yang setara.
Bahkan, dalam perspektif ajaran agama Islam pun, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd mengungkapkan bahwa jika merujuk pada ajaran Islam, inti dari ajaran Islam itu tidak membeda-bedakan derajat seseorang berdasarkan jenis kelamin.
“Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. Islam memandang kesetaraan gender dan kesetaraan manusia secara umum baik dalam hal kompetensi spiritual, intelektual maupun fisik,” jelas Prof. Ema, sapaan akrabnya.
Disamping itu, salah satu indikator yang mendorong menurunnya tingkat ketimpangan gender ialah karena naiknya persentase keterwakilan di parlemen serta tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan yang juga meningkat.
Hal itu pun tampak dari semakin banyaknya kaum perempuan yang berani mengambil peran di berbagai bidang. Misalnya seperti Ketua DPR RI Puan Maharani, Menkeu Sri Mulyani, hingga perempuan hebat lainnya yang turut membanggakan Indonesia.
“Bukan jabatannya yang menjadi isu utama disini, tetapi dengan adanya perempuan di puncak kepemimpinan akan memberikan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, memberikan kesempatan kepada perempuan untuk membuktikan bahwa mereka mampu, bahwa perempuan memiliki style dan pendekatan yang tidak sama dengan laki-laki yang juga terbukti efektif membawa organisasi kepada kesuksesan,” papar Prof. Ema.
Soal wanita bekerja, dekan kelahiran Bangkalan ini menjelaskan bahwa dalam konsep Islam, semua manusia harus bekerja, karena muslim yang bekerja akan dimuliakan oleh Allah.
“Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja, memaksimalkan potensi, serta mengembangkan diri. Ayat-ayat yang memotivasi manusia untuk mengembangkan diri merujuk pada lawan bicara (mukhotob) yang general, yang berarti laki-laki dan perempuan. Jadi, baik laki-laki maupun perempuan memiliki posisi yang setara dihadapan Allah baik dalam tugas-tugas domestik maupun publik, begitu juga dalam hal pekerjaan,” jelasnya.
Peran perempuan sebagai seorang istri, ibu, dan anak di dalam keluarga
Ketika membicarakan tentang peran perempuan, sebagai istri, ibu, atau anak dalam Islam, Prof. Ema menjelaskan bahwa tidak ada perlakuan khusus dan perbedaan khusus antara perempuan dan laki-laki.
Yang ada adalah pada fungsi reproduksinya yang memang berbeda, seperti menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui, serta menopause. Dalam al-Qur’an, hal itu disebut untuk memberikan penekanan pada aspek biologisnya.
Maka dari itu, Prof. Ema mengatakan yang perlu mendapatkan penekanan di sini tentang peran perempuan dalam keluarga adalah bagaimana membangun hubungan yang tidak semata-mata karena persoalan hak, persamaan derajat, akan tetapi bagaimana konsep “keluarga litaskunu ilaiha—keluarga sakinah dan maslakhah” dapat serasi, seimbang, dan harmonis dalam menjalankan fungsi masing-masing.
Peran perempuan untuk membumikan nilai-nilai Pancasila di masyarakat
“Perempuan tentu juga berperan sebagai agen dalam proses sosialisasi nilai nilai Pancasila. Sebelum itu, perlu dipahami dan dijadikan komitmen bersama bahwa Pancasila merupakan manifestasi dari ajaran dan nilai agama. Jadi tidak bertentangan,” ungkap Prof. Ema.
Ia pun mengungkapkan bahwa keadilan gender juga merupakan bagian dari nilai-nilai Pancasila, yakni Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, dan juga Sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
“Penting juga untuk diperhatikan, bahwa perempuan juga bisa menjadi role model bagi upaya membumikan dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila. Peran perempuan dalam hal ini bisa dilakukan dalam banyak hal,” tutup Prof. Ema.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.