Pengamat: Berkontribusi kepada Negara Tidak Harus dengan Miliki Jabatan
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai sumbangsih seseorang tidak harus dengan memiliki jabatan pemerintahan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai sumbangsih seseorang tidak harus dengan memiliki jabatan pemerintahan.
Ujang menyoroti sikap beberapa tokoh yang menolak tawaran jabatan wakil menteri. Dirinya menilai para tokoh tersebut memberikan contoh sikap keteladanan.
"Berkontribusi pada negara tidak harus selalu berposisi dalam jabatan. Jangan semua orang masuk dalam pemerintah. Harus ada orang-orang intelektual bertugas menjaga bangsa dari luar. Karena bagaimana pun pemerintahan harus dikontrol," kata Ujang kepada wartawan, Rabu (23/12/2020).
Baca juga: Reshuffle Kabinet, Pengamat: Jokowi Siapkan Pengganti dari Teknokrat
Seperti diketahui, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menolak jabatan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama Andi Gani Nena Wea juga beredar sebagai calon menteri dan wakil menteri. Namun, Andi Gani memilih untuk berkonsentrasi di posisinya saat ini yaitu sebagai Presiden Komisaris BUMN PTPP dan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).
Ujang menilai jabatan wakil menteri ini diibaratkan hanya sebagai aksesoris saja. Jadi, tidak bisa leluasa untuk menentukan kebijakan.
Menurutnya, sebuah langkah yang tepat jika para tokoh tersebut menolak.
"Tentu saja wakil menteri kan jabatan aksesoris. Jabatan tapi tidak punya power. Tidak menjadi penentu kebijakan, buat apa?. Jadi, langkah yang tepat bagi tokoh-tokoh itu menolaknya," pungkas Ujang.