Syekh Ali Jaber Pernah Sampaikan Keinginan Agar Dimakamkan di Lombok
Syekh Ali Jaber lahir di Madinah, 3 Februari 1976 dan dikenal sebagai pendakwah dan ulama yang telah resmi berkewarganegaraan Indonesia sejak 2012.
Editor: Choirul Arifin
Sehingga tak heran jika di usia yang masih belia yaitu 11 tahun, Syekh Ali Jaber telah hafal Alquran.
Syekh Ali Jaber mulai masuk sekolah dasar Ibtidaiyah pada 1989.
Setelah tamat, Syekh Ali Jaber melanjutkan ke sekolah menengah yakni Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (995-1997).
Di Madinah, keluarga Syekh Ali Jaber memiliki masjid besar yang digunakan orangtuanya untuk menyebarkan syiar Islam.
Sebagai anak pertama dari 12 bersaudara, Syekh Ali Jaber dituntut oleh keluarga besarnya untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam menyiarkan agama Islam.
Setelah tamat di sekolah menengah, Syekh Ali Jaber kemudian mendalami kajian Alquran di Masjid Nabawi.
Bahkan, guru-guru yang mengajarinya kajian agama Islam merupakan sosok tersohor di wilayah itu.
Di antaranya yakni Ketua Majelis Tahfidz Masjid Nabawi, Syekh Muhammad Ramadhan, Ketua Pengurus Makam Rasulullah, Syekh Said Adam dan Ulama Pakar Alquran di Madinah yakni Syekh Abdurrahman Kholil.
Kemudian, setelah mendalami kajian Alquran, Syekh Ali Jaber mulai aktif mengajar sebagai guru Tahfidz Alquran.
Selain itu, Syekh Ali Jaber juga sering menjadi imam sholat di salah satu masjid besar di kota Madinah.
Guru-guru Syekh Ali Jaber
Guru-guru yang pernah mengajar Syekh Ali Saleh Muhammad Ali jaber adalah :
Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi, sebelumnya Imam Masjidil Haram)
Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Al Qur’an di Madinah dan Ahli Qiraat)
Syeikh Prof. Dr. Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba)
Syeikh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah SAW dan Pemegang Kunci makam Rasulullah SAW)
Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi)
Syeikh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan).
Kehidupan di Indonesia
Syekh Ali Jaber melebarkan sayap dakwahnya di tahun 2008 hingga ke Indonesia.
Awalnya, Syekh Ali Jaber hanya melakukan kunjungan ke Indonesia karena masih ada hubungan darah, yakni kakeknya yang asli dari Jawa Tengah.
Pada tahun 2008 itulah saat ia berusia 32 tahun, Syekh Ali Jaber pertama kali bertemu dengan Umi Nadia, wanita asal Lombok yang membuatnya jatuh hati.
Kebetulan ia menikahi seorang gadis shalihah asli Lombok, Indonesia, bernama Umi Nadia, yang lama tinggal di Madinah.
Menikah dengan wanita Keturunan Indonesia bernama Umi Nadia, dan telah memiliki 1 anak bernama Fahad Ali Jaber yang lahir pada tahun 2017, saat ini menetap di Pondok Bambu Jakarta Timur.
Selama menetap di Lombok, awalnya ia menjadi imam besar dan khotib di Masjid Agung Al Muttaqin.
Ia juga ditugaskan menjadi guru Tahfidz di Islamic Centre di Masjid yang sama. Selepas berdakwah di Lombok, ia mulai mengunjungi ibukota Jakarta.
Pada tahun yang sama, ia melaksanakan shalat Maghrib di masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat karena suaranya yang merdu saat melantunkan ayat suci Alquran.
Selepas shalat ada salah seorang pengurus masjid memintanya untuk menjadi imam shalat Tarawih di masjid Sunda Kelapa, karena saat itu hampir mendekati bulan Ramadhan.
Maka Sejak itulah ia terus mendapat kepercayaan masyarakat di sejumlah tempat di Indonesia.
Demi menunjang komunikasinya dalam berdakwah, ia pun mulai belajar bahasa Indonesia dan akhirnya sanggup berbicara bahasa Indonesia dengan lancar.
Syekh Ali Jaber bahkan mengaku sangat cinta dengan tanah air dan ingin terus menyebarkan dakwah-dakwahnya hingga akhir hayat.
Lalu, pada akhir tahun 2012, ia resmi mendapatkan kewarganegaraan Indonesia yang dianugerahkan langsung oleh presiden Indonesia saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Presiden SBY menilai, Syekh Ali Jaber turut berjasa dalam menyiarkan agama Islam selama berada di Tanah Air.
Pendekar Tapak Suci
Fakta yang satu ini barangkali belum banyak yang mengetahuinya. Ternyata Syekh Ali Jaber merupakan salah satu lulusan perguruan bela diri di Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Kabar ini pun disampaikan oleh Ustaz Yusuf Mansur di laman media sosial Instagramnya.
Pada unggahan tersebut, Syekh Ali jaber terlihat memakai baju seragam pencak silat berwarna merah dan sedang duduk berfoto dengan tiga teman lainnya.
Ternyata doto tersebut diambil pada 12 Oktober 2016 silam saat ia baru dilantik menjadi Pendekar Tapak Suci bersama da'i kondang Ustaz Yusuf Masur dan juga Ustaza Albi Makki yang saat ini merupakan Dewan Pengawas Yayasan Graha Cendikia.
Syekh Ali Jaber dan 3 kawannya itu dilantik menjadi Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang beralamat di jalan Kompol Zainal Abidin No. 78 di Provinsi Jambi.
Kegiatan Syekh Ali Jaber di Indonesia
Kegiatan selama di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut :
- Guru Tahfidz Al-Qur’an di Islamic Centre / Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok NTB
- Imam Besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok NTB
- Imam Sholat Tarawih, Qiyamul Lail dan pembimbing Tadarus Al- Qur’an selama Ramadhan 1429 H serta Imam Sholat Idul Fitri 1429 H di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat
- Pengajar di Pesantren Tahfidz Al- Qur’an Al- Asykar Puncak Jawa Barat
- Muballigh Majelis Taklim di Jakarta dan sekitarnya (Nikmatnya sedekah MNCTV, Indonesia Menghafal MNCTV, dan mengajar di majelis taqlim di pancoran)
- Menjadi Juri di acara Hafiz 2014 RCTI
Biodata Syekh Ali Jaber
Gelar: Syekh
Nama: Ali Jaber
Lahir: Ali Saleh Mohammed Ali Jaber, 3 Shafar 1396 H / 03 FEB 1976 M, Kota Madinah Munawarah, Saudi Arabia
Kebangsaan: Indonesia
Etnis: Arab
Pendidikan: di Madinah, 1410 H Tamat Ibtidaiyah, 1413 H Tamat Tsanawiyah, 1416 H Tamat Aliyah, dan 1417 H, Mulazamah dan Kursus Al-Quran di Masjid Nabawi – Madinah.
Istri / Menikah dengan: Umi Nadia (Wanita Keturunan Indonesia)
Anak: Hasan
Media sosial: Instagram: @syekh.alijaber, Twitter: @syekhalijaber, Youtube: Syekh Ali Jaber
Website: www.alijaberindonesia.com
YouTube Channel : Syekh Ali Jaber
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Akui Berjuang di Indonesia, Syekh Ali Jaber Pernah Minta Dimakamkan di Lombok: Pulau Kesayangan Saya
Penulis: Tria Agustina