Moeldoko Sindir AHY: 'Dipilih Aklamasi Kenapa Takut Ya?'
AHY mengungkapkan, ada gerakan politik yang ingin mengambil alih kepemimpinan partai secara paksa.
Editor: Hendra Gunawan
*BPOKK Partai Demokrat Ungkap tiap DPC Ditawari 100 Juta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kepala Staf Presiden Moeldoko menilai tudingan sejumlah pengurus Demokrat yang menyebut dirinya akan mengkudeta partai dari kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan dagelan.
Ia mengaku tidak mungkin mau kudeta partai.
Sebagai Panglima TNI saat itu, ia mengumpamakan membawa pasukan dan senjata, menodong setiap Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat agar mendukungnya sebagai Ketua Umum Partai.
Hal itu tidak mungkin karena setiap partai memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai (AD/ART).
"Menurut saya sih kayaknya ini kayak dagelan aja gitu. lucu-lucuan," kata Moeldoko di kediamannya, Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, (3/2/2021).
Baca juga: Politikus PDIP: Presiden Jokowi Tak Perlu Balas Surat AHY soal Dugaan Kudeta Demokrat
"Moeldoko mau kudeta. Apaan yang dikudeta? Anggap lah begini. Saya punya angkatan bersenjata anggaplah Panglima TNI ingin jadi ketua Demokrat emangnya gw bisa itu todong senjata itu para DPC, DPD heh datang ke sini gw todongin senjata," katanya lagi.
Lebih lucu lagi menurut Moeldoko, ia disebut akan mengkudeta partai Demokrat untuk dijadikan kendaraan politik pada Pilpres 2024.
"Terus dibilangin jadi presiden lah ya, gak ada itu. Kerjaan gue setumpuk gini ngurusin yang nggak-nggak saja. Jangan lah apa itu membuat sesuatu," pungkasnya.
Baca juga: DPC Demokrat Dijanjikan Uang Rp 100 Juta Untuk Gerakan Kudeta AHY, Beberapa Sudah Menerima
Sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan, ada gerakan politik yang ingin mengambil alih kepemimpinan partai secara paksa.
AHY menyebut, hal itu didapatkannya setelah ada laporan dari pimpinan dan kader Demokrat, baik tingkat pusat maupun cabang.
"Adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat," kata AHY dalam konferensi pers secara virtual, Senin (1/2) lalu.
Baca juga: DPC Demokrat Dijanjikan Uang Rp 100 Juta Untuk Gerakan Kudeta AHY, Beberapa Sudah Menerima
AHY menyatakan, menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang didapatkan, gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo.
AHY menyebut, gerakan tersebut terdiri dari kader secara fungsional, mantan kader dan non-kader.
Gabungan dari pelaku gerakan itu ada 5 (lima) orang, terdiri dari 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.
Baca juga: DPD dan DPC Demokrat Kalbar Telah Teken Kesetiaan Terhadap AHY
Sedangkan yang non-kader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan.
"Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) dalam permasalahan ini," ucap AHY.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan(BPOKK) Partai Demokrat Herman Khaeron mengungkap temuan adanya aliran dana yang diduga untuk menyogok DPC dalam operasi gerakan kudeta ini.
"Pertemuan terakhir tentu kami juga berkoordinasi dengan dewan kehormatan partai dan mahkamah partai dalam 1-2 minggu ini akan bekerja kemudian berita acara untuk yang sudah dipanggil," kata Ketua BPOKK Partai Demokrat Herman Khaeron di DPR kemarin.
"Dan bahkan ini perlu dicatat. Ada pembiayaan ataupun ada uang yang cukup besar, disebutkan unlimited untuk membiayai," sambungnya.
Herman menyebut adanya aliran dana itu diungkapkan oleh para saksi yang melapor. Para saksi itu, kata Herman, melihat secara langsung.
"Ya saya tidak menyebutkan itu. Ini berdasarkan kesaksian para saksi yang bertemu langsung dengan pihak eksternal itu, dan langsung ketemu," ujarnya.
Sampai saat ini, Herman belum mengetahui, sudah sampai mana saja aliran dana itu. Dia memperkirakan uang yang ditawarkan ke DPC Senilai Rp 100 juta.
"Beberapa DPC sudah diberikan uang, sudah disebarkan.Kepada DPC janjinya 100 juta per DPC," ujarnya seraya memastikan hingga kini temuan yang dimaksud masih dalam pemeriksaan dewan kehormatan partai dan mahkamah partai.
Moeldoko menambahkan, dirinya sempat bertemu dengan anggota dan mantan anggota Demokrat seperti yang dituduhkan sejumlah pengurus partai berlambang mercy tersebut.
Selain di hotel Moeldoko mengatakan pertemuan dilakukan beberapa kali termasuk di rumahnya.
"Beberapa kali loh masanya. Ya ada di hotel ada di mana-mana. engga terlalu penting lah," kata Moeldoko.
Hanya saja menurut Moeldoko, dalam pertemuan tersebut dia posisinya pasif. Dia diajak untuk melakukan pertemuan, bukan dia yang mengajak.
"Intinya aku datang diajak ketemu wong saya biasa di kantor saya itu setiap hari menerima orang, menerima berbagai kelompok di kantor saya," katanya.
Moeldoko heran mengapa pertemuan tersebut menjadi masalah. Termasuk lokasi pertemuan yang digelar di hotel." Jadi apa yang salah? Apa mau pertemuan di mana hak gw. Ngapain ikut campur? Gitu," katanya.
Moeldoko tidak menjawab saat ditanya sejumlah nama anggota dan mantan anggota Partai Demokrat yakni Johny Allen, Muhammad Nazarudin dan Darmizal ikut pertemuan.
Moeldoko mengaku tidak peduli dengan siapa saja yang ikut dalam pertemuan tersebut.
"Saya nggak perduli itu siapa, wong saya itu hanya datang, ngobrol saja," pungkasnya.
Moeldoko mengatakan tak hanya dirinya yang didatangi pengurus dan mantan pengurus Demokrat tersebut.
Menurut dia Menteri Kordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga pernah didatangi oleh anggota dan mantan anggota Demokrat tersebut.
"Pak LBP juga pernah cerita sama saya. Saya juga didatangi oleh mereka mereka, saya juga sama. Tapi gak ribut begini," kata dia.
Moeldoko mengatakan bahwa permasalahan ditubuh partai Demokrat merupakan dinamika partai biasa. Pengurus partai seharusnya tidak perlu takut, karena di Partai Demokrat ada Susilo Bambang Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Saya ini siapa sih. Saya ini apa biasa biasa aja. Di Demokrat ada pak SBY ada putranya mas AHY, apalagi dipilih secara aklamasi kenapa mesti takut ya . Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Wong saya biasa biasa saja. Dinamika dalam sebuah parpol ya biasa ya seperti itu," pungkasnya. (tribun network/taufik/umam)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.