Isu Kudeta Demokrat, Barigade 98 Sebut AHY 'Playing Victim'
AHY menduga penggulingan kekuasaan di partainya akan dilakukan melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu kudeta terhadap Partai Demokrat memancing reaksi kalangan pergerakan 98.
Aktivis Barigade 98 Aznil Tan meminta Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak mengaitkan Presiden Jokowi dengan isu kudeta Partai Demokrat lewat jalur Kongres Luar Biasa (KLB).
"Tidak adanya untungnya buat Jokowi mau dorong orang sekitarnya untuk ambil Demokrat. Malah Jokowi rugi karena tidak ada balance of power. Jokowi komit dengan demokrasi," ujar Aznil Tan dalam rilisnya, Jumat (5/2/2021).
Aznil Tan yang tergabung dalam relawan pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 dan sempat berseberangan dengan Moeldoko menyindir AHY sedang memainkan playing victim dan seolah-olah terzalimi.
"Politik playing victim masih menjadi sebuah pola yang digunakan oleh politikus. Berpura-pura terzalimi oleh penguasa agar publik merasa iba dan lalu muncul dukungan! " tutup Aznil Tan.
Baca juga: Jokowi Tak Balas Surat AHY, Demokrat: Pak Moeldoko Itu Orang Istana, Bukan Internal Partai Demokrat
Isu kudeta Demokrat
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut ada beberapa pihak yang ingin menggantikan kekuasaan secara paksa di partainya.
AHY menjelaskan bahwa pelaku gerakan ini lima orang, terdiri dari satu kader partai Demokrat aktif, satu kader yang sudah non-aktif selama enam tahun, satu mantan kader yang diberhentikan dengan tidak hormat sejak sembilan tahun lalu karena menjalani hukuman akibat korupsi, satu mantan kader yang telah keluar dari partai tiga tahun lalu, serta satu orang pejabat pemerintah. AHY juga menyebut ada campur tangan pejabat penting di lingkaran istana.
“Menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo,” ujar AHY pekan lalu.
Kendati demikian, putra sulung presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tetap mengedepankan azas praduga tidak bersalah terkait temuan tersebut.
“Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Tadi pagi, saya mengirimkan surat secara resmi kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," ujar AHY.
Suami dari Anissa Pohan ini juga menduga penggulingan kekuasaan di partainya akan dilakukan melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Kemudian siapapun nanti yang menjabat Ketua Umum duga AHY akan menjadikan partai Demokrat menjadi kendaraan politik pilpres tahun 2024 mendatang.
"Para pelaku berencana mengganti paksa Ketum PD yang sah dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB). Pelaku gerakan menargetkan 360 orang pemegang suara yang akan diiming-imingi dengan imbalan uang berjumlah besar," ujar AHY.
AHY melanjutkan, para pelaku merasa yakin gerakan tersebut sukses karena mereka mengklaim telah mendapatkan dukungan sejumlah petinggi negara lainnya.
Baca juga: Orang-orang Partai Soroti Isu Gerakan Kudeta Ketum Demokrat: PDIP hingga Gerindra
"Kami masih berkeyakinan, rasanya tidak mungkin cara yang tidak beradab ini dilakukan oleh para pejabat negara, yang sangat kami hormati, dan yang juga telah mendapatkan kepercayaan rakyat,” sambung AHY.
AHY mengapresiasi para pelapor dari jajaran pimpinan daerah dan cabang.
“Saya telah menerima surat pernyataan kesetiaan dan kebulatan tekad, dari seluruh pimpinan di tingkat daerah dan cabang di seluruh Indonesia, untuk tunduk dan patuh kepada Partai Demokrat dan kepemimpinan hasil Kongres V Partai Demokrat yang sah. Dengan kata lain, insha Allah, gerakan ini dapat ditumpas,” kata AHY.
AHY menginstruksikan seluruh kader Demokrat untuk merapatkan barisan dan tetap mempertahankan soliditas yang telah terbangun, serta terus bersatu dan senantiasa memperjuangkan harapan rakyat Indonesia.
“Kita jangan gentar menghadapi ujian dan tantangan ini, karena meski Demokrat diganggu, justru akan membuat Demokrat semakin kuat,” tegas AHY. “Sejarah mengatakan, tidak ada partai yang kuat, tanpa cobaan yang berat,” tambahnya. (*)